Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Karet Pertanyakan Bantuan Cuka dari Pemerintah yang Tak Kunjung Datang

Cuka akan digunakan sebagai pembeku getah karet petani sebelum bahan olah karet (bokar) diperjualbelikan.
karet
karet

Bisnis.com, MEDAN - Kelompok Tani Karet 'Mbuah Page' (Poktan Karmage) Desa Kuta Jurung Kec. Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir Kab. Deli Serdang, Sumatra Utara mempertanyakan bantuan cuka dari pemerintah yang tak kunjung datang.

Ketua Poktan Karmage Sungkunen Tarigan mengatakan cuka tersebut akan digunakan sebagai pembeku getah karet petani sebelum bahan olah karet (bokar) diperjualbelikan.

Sekitar satu tahun lalu, Sungkunen menyebut kelompoknya mendapat tawaran dari perwakilan dinas terkait di wilayahnya untuk mengajukan permohonan bantuan cuka. Meski seluruh persyaratan yang diminta telah dipenuhi, kelanjutan bantuan tersebut tak lagi terdengar.

"Kami sebenarnya tidak meminta [bantuan cuka]. Waktu itu, datang orang dari Dinas meminta kami membuat proposal agar turun bantuan cuka. Kami siapkan semua persyaratan yang diminta. Sudah kami kirim juga. Tapi sampai sekarang tidak ada kabar lagi," kata Sungkunen saat dihubungi Bisnis, Senin (21/10/2024).

Dikatakan Sungkunen, bantuan cuka dari pemerintah akan sangat membantu petani menekan biaya produksi. Apalagi di tengah harga bokar yang masih belum sesuai dengan harapan. Dia menyebut, dulu, harga satu kilogram bokar bisa untuk membeli satu kilogram beras.

Lebih dari itu, kualitas bokar juga ditentukan oleh jenis pembeku yang dipakai. Sungkunen mengungkapkan bahwa sebelum ada bantuan cuka dari pemerintah, para petani di wilayahnya menggunakan pupuk kimia untuk membekukan getah karet yang baru mereka sadap.

"Rupanya, pemakaian pupuk kimia merusak kualitas bokar kami. Itu juga yang membuat harga bokar jadi sulit naik," kata dia.

Sungkunen mengakui daya tawar bokar di tahun ini jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya yang bisa menyentuh Rp8.000 per kg.

Dalam pasar lelang awal Oktober kemarin, bokar petani di kawasan Desa Kuta Jurung diangkut pembeli di harga Rp14.500 per kilogram (kg). Harga itu diketahui turun dari harga lelang sebelumnya yang menyentuh Rp15.500 per kg, tapi kali ini petani tak harus mengantar bokar ke pabrik pembeli.

Diungkapkan Sungkunen, sejauh ini kelompok petaninya baru dua kali menerima bantuan cuka untuk membekukan getah karet yang baru disadap.

Namun, bantuan tak datang setiap tahun. Tahun 2022 menjadi tahun terakhir poktan di Deli Serdang ini menerima bantuan cuka dari pemerintah. Sungkunen pun menyebut telah beberapa kali menanyakan perihal tersebut ke dinas terkait. 

"Jawabannya selalu sama, belum turun dari [pemerintah] pusat," kata dia.

Kelompok tani karet di STM Hilir yang jumlahnya semakin sedikit ini kini terbilang berjalan tanpa pengawasan. Mulai dari bibit, pupuk, hingga skema penjualan bokar untuk menaikkan daya tawar harga selama ini hampir mereka usahakan sendiri, meski Sumut merupakan penghasil karet terbesar kedua di Indonesia.

Sungkunen mengatakan para petani tak menuntut banyak dari pemerintah. Selain kestabilan harga, dia berharap pemerintah menepati apa yang dijanjikan kepada petani. 

"Ini untuk memenuhi harapan pemerintah juga, agar harga bokar kita bisa terus naik sehingga kualitasnya juga harus baik," katanya. (K68)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Delfi Rismayeti
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper