Bisnis.com, MEDAN — Ekonom dari Universitas Islam Sumatra Utara (UISU) Gunawan Benjamin menilai bahwa deflasi empat bulan berturut-turut hingga September 2024 di Sumatra Utara (Sumut) adalah sinyal tekanan daya beli masyarakat.
Gunawan mengatakan, sejumlah agenda penting di Sumut yang digadang akan menggairahkan perekonomian masyarakat nyatanya tak mampu menolong banyak.
Gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut, misalnya, yang telah digelar sejak 25 Agustus dan ditutup pada 20 September 2024 disebut Gunawan memang sempat mendongkrak konsumsi daging ayam di Sumut. Namun catatan penjualan daging ayam menunjukkan sebaliknya.
Disampaikan Gunawan, data yang dikumpulkan pihaknya menunjukkan bahwa pada September 2024 terjadi penurunan konsumsi daging ayam di Sumut sebanyak 13% (month to month/MtM). Padahal di periode yang sama tahun sebelumnya, konsumsi daging ayam masyarakat secara bulanan naik 6%.
Dia juga menyampaikan bahwa harga daging ayam sepanjang September 2024 khususnya di tingkat pedagang tradisional Medan terbilang murah, berkisar Rp26.000—29.000 per kilogram dari hasil observasi ke sejumlah pedagang.
"Gambaran ini menjadi bukti bahwa daya beli masyarakat tengah mengalami penurunan," kata Gunawan, Kamis (3/10/2024).
Baca Juga
Lebih jauh, Gunawan menyebut penurunan harga komoditas pangan lain yang menjadi tolok ukur. Seperti halnya cabai merah keriting yang dari hasil observasi di jual pedagang di sejumlah pasar di Medan dalam rentang harga Rp17.000—24.000 per kg pada pekan lalu.
Per hari kemarin, bahkan ditemui pedagang yang menjual cabai merahnya dengan harga Rp12.000 per kg, bergantung pada jenis dan kualitas cabai. Hal ini disebut Gunawan juga patut diduga karena melemahnya permintaan atau demand akan cabai merah.
Pasalnya, petani cabai di wilayah Kabupaten Batubara yang biasa menjual hasil panen mereka ke Riau, Kepulauan Riau, hingga Jambi, justru lebih banyak menjual cabai merah ke Medan dan sekitarnya belakangan ini sehingga membuat komoditas ini kelebihan pasokan alias over supply.
Sementara itu dari tangkapan laut, Gunawan juga mengungkapkan keluhan pedagang akan rendahnya penjualan ikan dencis. Padahal, saat ini harga ikan dencis berkisar Rp20.000—22.000 per kg dari sebelumnya Rp25.000—27.000 per kg.
"Banyak pedagang pengecer mengeluhkan rendahnya penjualan ikan dencis, sekalipun harga ikan dencis murah," ujarnya.
Dia menilai kondisi daya beli yang kian suram di Sumut salah satunya adalah imbas dari kenaikan upah beberapa waktu lalu yang tak mengimbangi kenaikan harga barang.
Dikatakannya, pada 2022—2023 terjadi kenaikan harga kebutuhan hidup yang besar. Sementara dari sisi ketenagakerjaan, banyak perusahaan yang melakukan efisiensi di Sumut dengan lebih banyak menggunakan tenaga kerja paruh waktu, sehingga berdampak pada pendapatan pekerja.
"Banyak perusahaan yang mem-PHK karyawannya, namun mempekerjakan kembali dengan status buruh harian lepas," katanya.
Adapun sebelumnya BPS Sumut merilis angka inflasi kawasan ini pada September 2024 sebesar -0,21% (MtM) atau dengan kata lain deflasi 0,21%. Deflasi pada September ini merupakan yang keempat kali berturut-turut sejak Juni 2024.
Sebelumnya, Sumut juga mencatatkan deflasi 0,04% (MtM) pada April, sehingga sepanjang Januari-September telah 5 kali wilayah ini mencatatkan deflasi. (K68)