Bisnis.com, PEKANBARU -- Gubernur Riau Abdul Wahid menyampaikan keyakinannya bahwa perekonomian Riau akan terus tumbuh positif di masa mendatang, didorong oleh kekuatan sektor sumber daya alam, industri pengolahan, jasa, dan meningkatnya realisasi investasi.
Hal ini diungkapkan Abdul Wahid dalam agenda Riau Economic Forum 2025 yang digelar oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau. Wahid menyebut bahwa ekonomi Riau mulai menunjukkan perbaikan signifikan, dengan pertumbuhan mencapai 4,59% year-on-year pada triwulan II/2025 dan PDRB sebesar Rp114,15 triliun.
“Kontribusi utama pertumbuhan berasal dari industri pengolahan, pertanian, dan sektor jasa. Ini menunjukkan pergeseran yang sehat dari ketergantungan pada sektor ekstraktif menuju ekonomi bernilai tambah,” ungkapnya, Jumat (8/8/2025).
Dari sisi ekspor, Riau menurutnya tetap menjadi motor utama pertumbuhan nasional di Sumatra karena letaknya yang sangat strategis di kawasan Selat Malaka.
Terkait sektor migas yang selama ini menjadi andalan Riau, Abdul Wahid menyebutkan adanya peluang untuk kembali meningkatkan lifting minyak melalui metode pengeboran minyak non konvensional atau MNK.
Saat ini, sudah ada dua sumur MNK di Provinsi Riau yaitu Kelok dan Gulamo yang telah mulai dieksplorasi. Jika dimaksimalkan, potensi produksi nasional kedepan dapat mencapai 1 juta barel per hari.
Baca Juga
“Saya sudah sampaikan ke Menteri ESDM, Kepala SKK Migas, dan Menko Perekonomian. Kalau ini didukung penuh, maka target lifting nasional bisa dicapai, dan Riau kembali jadi penopang utama energi nasional,” ujarnya.
Lebih lanjut, Wahid mengungkapkan kabar baik bahwa akan dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) investasi senilai Rp15 triliun lebih atau US$1 miliar untuk proyek perkebunan tebu dan pabrik gula di Riau tepatnya di Kabupaten Rokan Hulu.
Selain itu, dia menyebutkan Presiden RI dan Presiden Prancis telah menandatangani kerja sama ekspor energi ke Singapura melalui kawasan Pulau Rangsang, Kepulauan Meranti. Wahid juga menyebutkan banyak investor yang berminat menanamkan modal di sektor energi baru terbarukan di Riau.
“Saat ini tinggal menunggu penyederhanaan regulasi dan kemudahan perizinan. Kami ingin pertumbuhan ekonomi Riau ditopang banyak sektor dengan pelayanan yang semakin baik,” ujarnya.
Dari sisi investasi, BKPM atau Kementerian Investasi menargetkan Riau mampu menarik investasi hingga Rp95,6 triliun tahun ini. Wahid optimistis target itu bisa tercapai, apalagi infrastruktur jalan tol seperti ruas Jambi - Pekanbaru, kemudian tol Pekanbaru - Sumatra Utara, dan Pekanbaru - Padang terus dikembangkan.
“Riau ini letaknya sangat strategis, di jantung Sumatra. Kalau tol selesai, konektivitas barat dan timur Sumatra tersambung, maka pertumbuhan ekonomi akan berlipat,” ungkapnya.
Namun, ia juga menyoroti ketimpangan dalam skema pembagian dana pusat-daerah. Meski Riau menyumbang PDRB senilai Rp1.112 triliun ke nasional pada tahun lalu, dana yang masuk ke provinsi tidak lebih dari 3%. Oleh karena itu, ia mendorong skema bagi hasil berbasis teknologi dan volume produksi.
“Kalau hasil tadi kita dibagi 10% saja, itu sudah Rp100 triliun. Itu cukup untuk membangun Riau dengan baik,” pungkasnya.
Dengan penguatan sektor hilir, peningkatan investasi, dan pembenahan infrastruktur serta fiskal, Gubernur Abdul Wahid optimistis peran Riau dalam ekonomi nasional akan semakin besar dalam beberapa tahun ke depan.