Bisnis.com, PADANG - Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Sumatra Barat sepakat untuk berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Sumbar serta Pemerintah Kabupaten dan Kota untuk mewujudkan rendang menjadi komoditas ekspor unggulan di masa mendatang.
Kakanwil DJPb Provinsi Sumbar Syukriah HG mengatakan saat ini pihaknya bersama pemerintah daerah tengah membahas dan mempersiapkan rencana menjadikan rendang sebagai komoditas ekspor unggulan.
"Sejauh ini masih kami kami bersama Gubernur Sumbar dan bupati/wali kota juga, masih membahas terkait teknisnya seperti apa dan hal-hal lainnya itu. Serta kami juga sepakat untuk mewujudkan cita-cita yang besar ini yakni untuk menduniakan rendang," katanya, Senin (25/3/2024).
Syukriah menjelaskan selama ini Sumbar terbilang cukup berhasil dalam melakukan ekspor bumbu rendang. Namun dari segi tonase masih kecil, sehingga belum memberikan devisa bagi negara dan dana bagi hasil (DBH) bagi pemerintah daerah.
Menurutnya melihat adanya potensi dan peluang masih yang menjanjikan itu, maka DJPb yang kini juga mendapat mandat dari Kementerian Keuangan untuk turut membantu mendorong perekonomian di daerah yang tidak hanya dari segi anggaran saja, tapi juga bisa turut terlibat dalam berkolaborasi dengan pemda memicu munculnya ekonomi-ekonomi yang bisa memberikan dampak positif bagi pemda dan juga pelaku UMKM.
"Terkait seperti apa skema ekspor dan lain sebagainya itu, akan dibahas lebih lanjut. Tapi untuk mewujudkan hal tersebut memang tidak mudah, namun saya yakin jika bersama maka tidak ada yang sulit," ungkapnya.
Baca Juga
Syukriah menyampaikan dari hasil komunikasi terakhir dengan Gubernur Sumbar Mahyeldi, rencana menjadi rendang sebagai komoditas ekspor unggulan itu, akan dilakukan mulai dari merangkul pelaku UMKM yang produksi rendang.
"Jadi untuk bumbu rendang akan dijadikan komoditas ekspor, sedangkan rendang yang telah dimasak dipersiapkan mengisi pangsa pasar dalam negeri," jelasnya.
Dikatakannya alasan rendang dalam bentuk sudah dimasak belum dibahas untuk diekspor, karena terkendala soal daging. Dimana alasan negara tujuan yakni Timur Tengah, daging sapi lebih murah di sana bila dibandingkan di Indonesia, sehingga mereka di Timur Tengah memilih untuk membeli bumbu rendang saja.
"Memang rencana ini sifatnya jangka panjang, karena akan banyak hal yang perlu dipersiapkan," ujarnya.
Di satu sisi, Syukriah melihat bila rencana tersebut terwujud, maka dapat memberikan dampak yang positif bagi ekspor Sumbar, seperti ada devisa bagi negara, dan di pemda mendapatkan DBH.
Begitupun bagi pelaku UMKM yang terlibat di berbagai daerah dalam melakukan ekspor rendang dan rendang untuk dijual di dalam negeri, akan turut mendorong ekonomi UMKM maju dan berkembang.
"Dari pelaku UMKM akan kami bantu soal pengurusan izin dan sebagainya, karena yang namanya jadi produk ekspor ada standar tertentu yang harus dipenuhi," ucapnya.
"Nah inilah yang kami harapkan, perekonomian jadi bergerak, sehingga tidak bertumpu pada komoditas CPO, karet, dan lainnya itu saja. Sekarang kita punya komoditas rendang yang dipersiapkan jadi produk organik yang mampu bersaing di pasar internasional," sambung Syukriah.