Bisnis.com, BATAM - Lomba Sampan Layar Ketinting dan Speedboat merupakan tradisi perayaan kemerdekaan Indonesia yang turun temurun dilakukan di Pulau Belakangpadang, Batam.
Tradisi ini konon sudah dilakukan sejak tahun 1980-an. Bahkan saat itu, perayaan ini diramaikan oleh peserta dari negeri jiran seperti Singapura dan Malaysia.
Saat membuka lomba sampan layar ini, Sabtu (16/8/2025), Wali Kota Batam Amsakar Achmad mengapresiasi masyarakat setempat, yang masih konsisten menggelar tradisi ini selama puluhan tahun.
Menurut pria yang juga Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam ini, lomba sampan layar ini menjadi momentum meningkatkan semangat kebersamaan.
"Lomba sampan layar dan speedboat ini menjadi agenda rutin di Belakangpadang. Di tingkat kelurahan, agenda seperti ini bisa menggerakkan potensi masyarakat," tuturnya.
Ia menekankan pentingnya meningkatkan kualitas acara agar memiliki daya tarik lebih besar.
Baca Juga
"Belakangpadang punya potensi bahari yang besar. Jika dikelola dengan baik, tradisi seperti ini dapat menjadi magnet wisata yang mampu menarik kunjungan wisatawan," jelasnya.
Jika bisa dikelola dengan baik, maka potensi ekonomi daerah akan bergerak, mulai dari jasa bot pancun, tukang becak, hingga para pelaku UMKM akan ikut merasakan dampaknya.
Selain mendorong aspek ekonomi, Amsakar juga berharap lomba ini dapat terus dijaga sebagai warisan budaya maritim masyarakat pesisir Batam. Menurutnya, sampan layar ketinting adalah simbol kearifan lokal yang mencerminkan identitas masyarakat Belakangpadang yang hidup berdampingan dengan laut.
"Mudah-mudahan ke depan acara ini bisa kita desain lebih bagus lagi, lebih profesional, tanpa menghilangkan nilai tradisi. Karena selain sebagai hiburan dan budaya, lomba ini juga bisa menjadi aset wisata unggulan Batam," harapnya.
Kegiatan lomba sampan layar dan speedboat kali ini berlangsung meriah. Ratusan warga Belakangpadang dan pengunjung dari berbagai wilayah Batam tampak memadati area untuk menyaksikan jalannya lomba.
Sorak sorai penonton menambah semarak suasana, sekaligus menjadi bukti bahwa tradisi ini masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat.
Dalam kegiatan ini, tercatat 37 sampan layar dan 15 ketinting berlaga di tiga kategori. Mulai dari kru 9 orang, 7 orang, hingga 5 orang.
Saat itu, semua mata memang tertuju pada lautan. Di tengah teriknya panas matahari, tampak puluhan sampan layar tengah menari-menari di atas ombak.
Segala keahlian dan manuver ditunjukkan untuk jadi yang tebraik. Bagi yang menyaksikan, pertunjukan tersebut seperti sebuah hiburan berkelas, yang berasal dari tradisi era orde lama di lautan perbatasan negeri.
Selain lomba sampan layar, ada juga lomba speedboat. Kalau yang ini lombanya lebih modern, karena yang dimainkan adalah keahlian bermanuver dengan mesin.
Kebut-kebutan dengan speed boat ini juga tak kalah seru, karena seperti menonton MotoGP, tapi yang ini sirkuitnya berada di lautan.