Bisnis.com, BATUSANGKAR - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat bersama Himpunan Pengusaha Rendang Minang (Hipermi) memilih Nagari/Desa Aie Angek, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, sebagai kampung bumbu rendang dan diharapkan menjadi daerah pertumbuhan ekonomi yang positif.
Wakil Bupati Tanah Datar Ahmad Fadly mengatakan dengan ditetapkannya Desa Aie Angek sebagai kampung rendang, maka hal ini turut mempertegas jati diri Sumbar bahwa rendang merupakan salah satu masakan tradisional terenak di dunia.
“Ke depannya kami memperkirakan perekonomian akan tumbuh khususnya di Desa Aie Angek ini, karena bicara rendang, ada banyak bumbu yang diperlukan, dan semua itu akan memberikan dampak multiplier effect di berbagai bidang, seperti dampak ke petani, hingga sumber mata pencaharian baru yang tumbuh seiring waktu berjalan nantinya,” kata dia, dalam keterangan resmi, Rabu (18/6/2025).
Dia menjelaskan asal mula asal terpilihnya Desa Aie Angek sebagai Kampung Bumbu, beranjak dari keresahan dari pihak terkait. Dimana untuk bumbu rendang itu, ada yang diekspor berasal dari luar daerah Minangkabau, hal tersebut dinilai sebuah kondisi yang tidak bisa dibiarkan, sehingga diperlukan adanya inovasi, agar rendang yang di ekspor harus datang dari Minangkabau.
“Kami berharap Nagari Aie Angek menjadi produsen bumbu rendang untuk kebutuhan masakan rendang, baik skala kecil maupun besar," harapnya.
Ahmad Fadly menyebutkan bahwa gebrakan tersebut merupakan upaya dalam memantik semangat petani untuk meningkatkan hasil panen dan melakukan pemasaran yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian akan dapat memberikan dampak yang berkesinambungan, sehingga turut dapat memberdayakan petani.
Baca Juga
“Jadi tidak hanya sebatas peresmian tetapi benar-benar dapat berkembang secara berkelanjutan," ucapnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumbar Vasco Ruseimy mengatakan terpilihnya Nagari Aie Angek sebagai lokasi Kampung Bumbu Randang mengingat Kabupaten Tanah Datar adalah Luhak Nan Tuo asal muasal adat budaya Minangkabau.
Oleh karena itu, dia berharap pengiat masakan tradisional rendang terus lahir sebagai pendukung dalam pelestarian budaya Minangkabau yang mempunyai karakter tersendiri dari berbagai daerah asalnya.
"Kami yakin penggerak budaya ada dimana-dimana, ini tidak lahir secara spontan tetapi muncul dari kebatinan atas kepedulian terhadap budaya di tanah kelahirannya yakni Minangkabau," sebutnya.
Vasco berharap di setiap nagari/desa di seluruh Sumbar memiliki karakter tersendiri sebagai ciri khasnya masing-masing, sehingga muncul potensi-potensi lokal yang bisa dikelolah dan membuat sebuah produk yang bisa mendunia.
Direktur Manajemen Resiko Kepatuhan SDM dan Corporate Secretary PT Reasu Ansi Indonesia Utama Robbi Yanuar Walid mengatakan dengan adanya ditetapkan sebuah desa atau kampung menjadi pusat produksi bumbu rendang tersebut, secara tidak langsung turut melakukan pembinaan UMKM, petani hingga pengusaha yang ada Sumbar pada umumnya.
"Kami merencanakan ini, dalam berjuang bersama-sama dengan berkomitmen kuat untuk membangun kampung halaman. Kami melihat potensi yang luar biasa di daerah ini, semoga apa yang dilakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya.
Ketua Hipermi Febrianti Takarina menjelaskan Hipermi penggerak dalam ekspor rendang ke beberapa negara serta tercatat sebagai pengekspor rendang pertama di Sumbar. Sesuai berjalannya waktu, Himpermi terus berupaya mewujudkan Kampung Bumbu Randang, melalui pihak terkait kerja keras membuahkan hasil.
“Ke depan dengan telah adanya Kampung Bumbu Rendang itu, bagi buyers (calon pembeli) di luar negeri, bisa langsung datang ke Desa Aie Angek. Jadi kami terbuka bagi buyers untuk melihat langsung produksi bumbu rendang di kampung kami itu,” tutupnya.