Bisnis.com, PALEMBANG – PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang akan segera merealisasikan proyek pembangunan pabrik Pusri IIIB dengan nilai investasi sekitar Rp10,52 triliun.
Proyek tersebut ini akan dikerjakan oleh PT Adhi Karya Tbk. (ADHI) melalui konsorsium bersama Wuhuan Engineering Company dengan porsi 15,1% untuk ADHI dan 84,9% untuk Wuhuan. Total nilai kontrak proyek anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) tersebut berjumlah total Rp9,5 triliun.
Proses pembangunan rencana akan dimulai pada akhir tahun 2023 dan akan dikerjakan selama 40 bulan. Jika pembangunan dimulai akhir 2023, maka pabrik itu diprediksi akan selesai pada 2027 dengan catatan tidak ada aral merintang. Menarik untuk dibahas tentang efek berganda (multiplier effect) pembangunan pabrik Pusri IIIB terhadap perekonomian Sumsel.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, pada triwulan II 2023 perekonomian Sumsel masih didominasi oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian sekitar 27,12%. Kemudian, diikuti oleh industri pengolahan sekitar 17,55% serta pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 13,51%.
Dampak Positif
Direktur Utama Pusri Palembang Tri Wahyudi Saleh mengatakan pembangunan pabrik Pusri IIIB itu akan memberikan dampak yang positif bagi perekonomian daerah dan nasional.
Baca Juga
Pasalnya, proyek ini akan membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan daerah, serta membuka peluang ekonomi lainnya.
“Dalam pembangunan Pusri IIIB ini setidaknya ada lebih dari 2.000 pekerja yang akan terlibat. Nanti pihak kontraktor akan melakukan rekrutmen tersendiri,” ujarnya dalam acara “Media Meet Up”, Sabtu (21/10/2023).
Dengan asumsi rekrutmen 2.000 pekerja itu, maka akan terjadi efek berganda di masyarakat, mulai dari penyediaan tempat tinggal, makanan dan minuman, dan sektor ekonomi lainnya.
Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto mengatakan ekonomi Sumsel pada triwulan II 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 5,24% year-on-year (yoy) dibanding triwulan II-2022.
Dari sisi produksi, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 12,91%. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) yaitu sebesar 9,48%.
Peningkatan Investasi Daerah
Tak kalah pentingnya, nilai investasi pembangunan pabrik Pusri IIIB sebesar Rp10,52 triliun itu berimbas pada pencapaian target investasi yang diembankan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Sumsel.
Anggap saja, rencana investasi itu terbagi rata dalam 3 tahun, maka pembangunan Pusri IIIB telah berkontribusi sekitar Rp3,5 triliun per tahun pada data yang tercatat di DPMPTSP Provinsi Sumsel.
Plt Kepala DPMPTSP Provinsi Sumsel Eko Agusrianto mengungkapkan pada 2023 saja pihaknya menargetkan investasi yang masuk ke Sumsel sebesar Rp55 triliun. Hingga kuartal III, investasi yang tercatat telah mencapai Rp36,8 triliun.
“PMDN [penanaman modal dalam negeri] senilai Rp18,67 triliun dan PMA [penanaman modal asing] Rp18,12 triliun,” ungkapnya.
Adapun sektor yang mendominasi terhadap realisasi tersebut, yakni industri kertas dan percetakan Rp10,81 triliun, pertambangan Rp5,61 triliun, listrik, gas, dan air Rp4,67 triliun, industri makanan Rp3,42 triliun, serta transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp3,04 triliun.
Teknologi Pusri IIIB
Senior Project Manager (SPM) Pembangunan Pabrik IIIB Pusri Palembang, Sholikin, menambahkan pembangunan pabrik Pusri IIIB menggunakan teknologi low energy yang dapat membantu menghemat konsumsi gas bumi serta ramah lingkungan.
“Kapasitas produksi pabrik Pusri IIIB direncanakan sebesar 1.350 ton amonia per hari atau 445.500 ton per tahun dan untuk pupuk urea mencapai 2.750 ton per hari atau 907.500 ton per tahun,” ungkapnya.
Adapun, Adhi Karya dan Wuhuan bertugas dalam melakukan pekerjaan engineering, procurement, construction, & commisioning (EPCC) untuk proyek ini. Pada proses pembangunannya, proyek ini nantinya akan dirancang dengan teknologi terbaru dari KBR sebagai licensor pabrik amonia dan TOYO sebagai licensor pabrik urea.
Kedua teknologi ini akan membuat proses produksi pupuk lebih efisien dan ramah lingkungan. Hal ini tentunya diharapkan mampu menekan biaya operasional pabrik Pusri IIIB menjadi serendah mungkin.
Inovasi lain yang dilakukan pada proyek ini, ialah implementasi digital fertilizer untuk pengelolaan proses, aset, hingga perawatan pada proses produksi amonia dan urea.
Pabrik ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pupuk subsidi dalam negeri, sehingga para petani Indonesia dapat merasakan manfaat kemudahan dalam produksi dan mampu mendukung peningkatan ketahanan pangan Indonesia.