Bisnis.com, PADANG - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi padi di Provinsi Sumatra Barat sepanjang tahun 2022 mencapai 1.373.532 ton gabah kering giling GKG. Jumlah itu mengalami kenaikan sebanyak 56.323 ton GKG (4,28 persen) dibandingkan 2021 yang sebesar 1.317.209 ton GKG.
Kepala BPS Sumbar Herum Fajarwati mengatakan kendati secara keseluruhan produksi padi mengalami peningkatan, namun tidak setiap bulan produksi padi kondisi yang baik.
"Produksi padi tertinggi pada 2022 itu terjadi pada Maret, yaitu sebesar 147.538 ton GKG sementara produksi terendah terjadi pada September, yaitu sekitar 62.941 ton GKG," katanya, Kamis (2/3/2023).
Dia menjelaskan perkembangan produksi padi selama tahun 2022 jika dilihat menurut subround, produksi padi terbesar terjadi pada Subround Januari-April 2022 dan September−Desember 2022, yaitu sebesar 58.162 ton GKG (11,69 persen) dan 24.520 ton GKG (6,22 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2021.
Di sisi lain, penurunan produksi padi hanya terjadi pada Subround Mei−Agustus 2022, yaitu sekitar 26.360 ton GKG (6,20 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2021.
Pada Januari 2023, produksi padi diperkirakan sebesar 127.547 ton GKG, dan potensi produksi padi sepanjang Februari hingga April 2023 mencapai 463.974 ton GKG.
Baca Juga
"Jadi total potensi produksi padi pada Subround Januari−April 2023 diperkirakan mencapai 591.522 ton GKG, atau mengalami kenaikan hampir 35.799 ton GKG (6,44 persen) dibandingkan 2022 yang sebesar 555.722 ton GKG," ujarnya.
Dikatakannya peningkatan produksi padi yang cukup besar pada 2022 terjadi di beberapa wilayah potensi penghasil padi seperti Kabupaten Dharmasraya, Padang Pariaman, dan Pesisir Selatan.
Sementara di sisi lain, beberapa kabupaten/kota mengalami penurunan produksi padi yang cukup besar, misalnya Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Solok Selatan.
"Tiga kabupaten/kota dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2022 adalah Kabupaten Solok, Tanah Datar, dan Pesisir Selatan," sebutnya.
Herum menjelaskan untuk tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kota Bukittinggi dan Kota Padang Panjang.
Berdasarkan potensi produksi padi pada awal tahun 2023, beberapa kabupaten/kota dengan potensi produksi padi (GKG) tertinggi pada Januari hingga April 2023 adalah Kabupaten Pesisir Selatan, Solok, dan Tanah Datar.
Sedangkan tiga kabupaten/kota dengan potensi produksi padi terendah pada periode yang sama yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kota Bukittinggi, dan Kota Padang Panjang.
Potensi kenaikan produksi padi yang cukup besar pada Subround Januari–April 2023 dibandingkan Subround yang sama pada 2022 terjadi di Kabupaten Solok, Tanah Datar, dan Sijunjung.
Sementara itu, potensi penurunan produksi padi pada Subround Januari–April 2023 yang cukup besar terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan, Padang Pariaman, dan Kota Sawahlunto.
"Jadi ada masanya produksinya bagus di bulan-bulan tertentu, ada juga masanya panen petani sedang tidak bagus. Namun secara rata-rata, dari Januari-Desember 2022 untuk produksi mengalami peningkatan," tegas Herum.
Luas Panen Menurun
Herum juga menyampaikan berdasarkan hasil Survei KSA, realisasi luas panen padi sepanjang Januari hingga Desember 2022 mencapai sekitar 271.883 hektare, atau mengalami penurunan sebesar 509 hektare (0,19 persen) dibandingkan 2021 yang sebesar 272.392 hektare.
Puncak panen padi pada 2022 terjadi pada Oktober sedangkan puncak panen padi 2021 adalah Juli. Luas panen padi pada Oktober 2022 adalah sebesar 29.099 hektare, sedangkan pada Juli 2021 luas panen padi mencapai 28.651 hektare.
Selain itu, luas panen padi pada Januari 2023 mencapai 25.670 hektare, dan potensi panen sepanjang Februari hingga April 2023 diperkirakan seluas 94.385 hektare.
"Jadi total luas panen padi pada Subround Januari−April 2023 diperkirakan mencapai 120.055 hektare, atau mengalami kenaikan sekitar 12.448 hektare (11,57 persen) dibandingkan luas panen padi pada Subround Januari−April 2022 yang sebesar 107.607 hektare," tutupnya