Bisnis.com, PAINAN - Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, mengungkapkan, bahwa tidak begitu banyak lahan yang bisa dikelola di wilayahnya itu untuk mendorong perekonomian masyarakat.
Sekretaris Kabupaten Pesisir Selatan Mawardi Roska mengatakan wilayah Pesisir Selatan sebagian besarnya merupakan kawasan konservasi dan hutan lindung. Hal tersebut membuat tidak banyak lahan yang bisa difungsikan untuk menjadi sumber perekonomian masyarakat.
"Di satu sisi kita inginkan agar masyarakat penggarap lahan untuk meningkatkan produktivitasnya, sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat di pedesaan. Tapi, secara total wilayah, lahan yang dikategorikan aman untuk dikelolah hanya sedikit," katanya, dalam keterangan tertulis, Selasa (14/2/2023).
Dia menyebutkan melihat dari sisi geografis, Pesisir Selatan memiliki potensi usaha yang bisa dikembangkan oleh masyarakat yakni budidaya. Namun potensi itu belum bisa dimaksimalkan, karena lahan yang bisa dikelolah tidak begitu banyak.
Mawardi Roska menjelaskan saat ini luas wilayah di Pesisir Selatan seluas 579.000 hektare. Dari luas itu, yang bisa diolah dan dikembangkan oleh masyarakat untuk kegiatan ekonomi hanya seluas 164.000 hektare atau 28,42 persen dari luas wilayah Pesisir Selatan.
"Kita melihat salah satu penyebab rendahnya produktivitas perekonomian masyarakat rendah, akibat dari terbatasnya kawasan yang bisa diolah itu," sebutnya.
"Jadi dari 28,42 persen lahan yang bisa dijadikan sebagai kawasan budidaya itu, juga sudah termasuk kawasan permukiman, pertanian dan lainya," sambungnya.
Sedangkan untuk kawasan konservasi dan hutan lindung di Pesisir Selatan yang terdiri dari HSAW dan CB luasnya mencapai 290.000 hektare, dan Hutan Lindung seluas 41.000 hektar pula.
Lalu untuk kawasan budidaya yang terdiri dari hutan produksi adalah sebesar 4.000 hektare, hutan produksi yang dapat dikonversi 2.000 hektare, hutan produksi terbatas seluas 71.000 hektare dan sisanya baru masuk ke areal penggunaan lain (APL).
Namun disisi lain, dikatakannya bahwa luasnya kawasan hutan konservasi dan hutan lindung, juga berpotensi besar terhadap ketersediaan sumber air.
"Karena ketersediaan air itu akan bermanfaat bagi masyarakat untuk kelangsungan hidup dan pengairan pertanian, air bersih dan lain sebagainya," jelas dia.
Menurutnya ada adanya luas kawasan hutan konservasi dan hutan lindung di Pesisir Selatan itu, sehingga mengakibatkan terbatasnya ketersediaan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian dan perkebunan.
"Makanya harus diimbangi dengan produktivitas supaya keterbatasan lahan itu tetap bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat," ujarnya.
Dijelaskan bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi di Pesisir Selatan, hanya saja yang menjadi ancaman bagi daerah terhadap yakni soal keterbatasan lahan saja.
Dikatakannya laju pertumbuhan pendudukan Pesisir Selatan masih berada pada angka 1,6 persen. Angka itu masih bagus untuk sebuah Kabupaten Pesisir Selatan.
"Saya berharap jangan ini pula yang jadi masyarakat untuk putus asa, supaya produktivitas meningkat. Bukan keterbatasan lahan budidaya membuat masyarakat Pesisir Selatan miskin, tapi keterbatasan itu sebaiknya jadi motivasi agar mampu memenuhi kebutuhan serta meningkatkan kesejahteraan," tegas dia.