Bisnis.com, MEDAN - Kelompok massa yang terdiri para jurnalis di Kota Medan memerotes tindakan penganiayaan oleh oknum anggota Satpol PP Pemerintah Provinsi Sumatra Utara.
Protes disampaikan dengan berkumpul di depan pintu masuk utama Kantor Gubernur dan menyampaikan orasi, Rabu (15/3/2017).
Salah satu jurnalis, Iqbal Harahap berujar, penganiayaan oleh oknum Satpol PP kepada wartawan pada Selasa (14/3) sore, harus diusut tuntas oleh Pemprov Sumut.
"Bahkan Pemprov Sumut harus menjelaskan bagaimana proses penerimaan anggota Satpol PP sehingga mereka yang diterima bergaya preman seperti ini," tegasnya.
Apalagi dari pengamatan dia, banyak dari para anggota Satpol PP Pemprov Sumut sehari-hari hanya duduk-duduk tidak melakukan aktivitas yang berarti.
Dalam aksi protes, para jurnalis mendesak Gubernur, Wakil Gubernur atau Seketaris Daerah menemui mereka untuk menjelaskan apa tindakan yang akan dilakukan kepada oknum Satpol PP tersebut.
Namun sampai hampir satu jam ditunggu, tidak ada satu pun dari pejabat yang diharapkan, bersedia menemui. Kabag Humas Pemprov Sumut Indah D Kumala sempat mencoba menerima aspirasi tetapi belum sempat berbicara banyak, dia diminta pergi.
"Kami hanya ingin berbicara dengan Gubernur, Wakil Gubernur atau Sekda selaku penanggung jawab seluruh aparatur di gedung pemerintahan ini," cetus M. Harizal, seorang jurnalis lain.
Dari pengamatan, meski dilakukan di depan pintu masuk utama Kantor Gubernur, aksi protes tidak mengganggu aktivitas pegawai dan masyarakat yang berlalu lalang.
Para jurnalis pun membubarkan diri secara teratur setelah tidak mendapatkan tanggapan dari pejabat yang diharapkan.
Aksi protes ini merupakan buntut dari peristiwa penganiayaan terhadap sejumlah jurnalis oleh oknum anggota Satpol PP Pemprov Sumut.
Sejumlah wartawan mengalami pemukulan setelah sebelumnya ingin keluar dari areal gedung Pemprov Sumut pada sore hari, setelah selesai meliput.
Karena sudah terkunci, salah seorang wartawan bernama Edison Tamba memohon kepada petugas Satpol PP untuk membukakan gerbang. Namun petugas tersebut malah menghardik dan selanjutnya tindakan kekerasan pun terjadi.