Beralih ke Biogas, MGRO Hemat Rp18 miliar Biaya Bahan Bakar Pabrik

MGRO hemat Rp18 miliar lewat biogas limbah sawit, dorong bisnis berbasis ESG dan jual kredit karbon 95 ribu MTCO2 ke pasar internasional
Foto: MGRO Hemat Rp18 Miliar Berkat Pemanfaatan Biogas Sawit
Foto: MGRO Hemat Rp18 Miliar Berkat Pemanfaatan Biogas Sawit

Bisnis.com, MEDAN — PT Mahkota Group Tbk., (MGRO) berhasil melakukan transformasi bisnis agroindustri kelapa sawit melalui pengembangan energi ramah lingkungan berbentuk pemakaian bahan bakar biogas dari limbah kelapa sawit.

Proyek yang mulai beroperasi sejak April 2025 sebagai bentuk bisnis berbasis Environmental, social, and governance (ESG) ini diproyeksikan bisa memberikan penghematan biaya bahan bakar pabrik kelapa sawit MGRO sekitar Rp18 miliar pada tahun ini.

“Dari transformasi penggunaan bahan bakar solar ke energi biogas dari limbah sawit ini kami mendapatkan efisiensi biaya energi sekitar Rp18 miliar pada tahun ini. Biayanya kalau menggunakan solar kami bisa habis biaya Rp28 miliar, nah sekarang bisa dihemat sampai Rp18 miliar,” ujar Usli Sarsi, President Director PT Mahkota Group Tbk., di Medan, Selasa (29/4).

MGRO memiliki tingkat produktifitas pengolahan kelapa sawit mencapai 36.000 ton per bulan untuk tandan buah segar (TBS) olah atau mencapai 432.000 ton per tahun. Sedangkan untuk pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) mencapai 18.000.000 m³ per bulan atau sekitar 216.000.000 m³ per tahun.

Dari kegiatan pengolahan kelapa sawit itu, ungkap Wakil Ketua Apindo Sumut ini, Mahkota Group bisa menghasilkan energi biogas sebesar 7.776.000 meter kubik normal (Nm³) per tahun.

Direktur MGRO Usman Sarsi menambahkan pengembangan bisnis berbasis ESG bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bisnis kelapa sawit yang menjadi core bisnis perseroan dengan sasaran akhir adalah menghasilkan keuntungan yang lebih baik.

“Kita menjalankan bisnis berbasis ESG bukan untuk gagah-gagahan, tapi menyadari ada keuntungan strategis dan jangka panjang yang bisa diraih oleh perusahaan. Jadi kalau kami memperkuat bisnis berbasis ESG jelas goalnya makin meningkatkan nilai tambah dan nilai kompetitif bisnis kami,” ujarnya.

Terkait dengan transformasi energi ini, MGRO berhasil menggaet Monsoon Carbon untuk kerjasama proyek penjualan kredit karbon di pasar internasional dari pengembangan energi ramah lingkungan berbentuk penangkapan gas metana dari operasional pabrik Biogas PT Intan Sejati Andalan di Bengkalis, Riau. Dari kawasan pembangkit listrik bertenaga biogas tersebut diproyeksikan bisa menghasilkan kredit karbon sedikitnya 95 ribu MTCO2 untuk ditawarkan ke pembeli.

Monsoon Carbon adalah agen pasar kredit karbon yang berkantor di Singapura dengan portofolio kredit karbon dari sejumlah proyek energi terbarukan di kawasan Asia dan Afrika, seperti PLTA Dadin Kowa di Nigeria, PLTA Xenamnoy 1-2 di Laos, Sejumlah proyek biogas di Malaysia, pembangkit listrik tenaga angin Nhon Hoa 1 dan Ea Nam di Vietnam, pembangkit listrik tenaga matahari Dau Tieng 2 di Vietnam hingga proyek Malindi Solar Farm di Kenya.

Selan itu, manajemen Mahkota Group menjelaskan manajemen berkomitmen untuk melakukan perbaikan kinerja keuangan menjadi lebih baik untuk menghasilkan laba pada tahun kinerja 2025.

Dalam hal ini, Usli menjelaskan ada lima strategi yang sedang dijalankan, yakni memaksimalkan keseluruhan operasional pada proyek terintegrasi. Lalu fokus pada pengembangan produk hilirisasi yang dibutuhkan masyarakat luas, pengontrolan beban biaya operasional dan struktur keuangan secara kuat.

Kemudian dua lagi meliputi upaya untuk memaksimalkan perolehan bahan baku produksi yang murah dan berkualitas dan menuju bisnis berkonsep Go-Green.
Menurut dia, sektor Industri kelapa sawit memiliki peluang besar untuk meningkatkan nilai tambah komoditas ini melalui penguatan ekosistem industrialisasi, optimalisasi produksi domestik, serta ekspansi ekspor ke pasar internasional dengan hilirisasi.

Hal itu, nilainya, sebagai strategi utama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan memperkuat daya saing di pasar global. “Dengan tetap menjaga keseimbangan antara produktivitas, keberlanjutan, dan inklusivitas sosial, industri kelapa sawit akan tetap strategis secara global,” kata Usli.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper