Bisnis.com, PADANG - Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Sumatra Barat berharap Pemprov Sumbar turut terlibat dalam meningkatkan ekspor komoditas rendang di tahun 2025 mendatang seiring telah dibentuknya Himpunan Pengusaha Rendang Minangkabau (Hipermi).
Kepala Kanwil DJPb Provinsi Sumbar Syukriah HG mengatakan Hipermi dibentuk dengan tujuan dapat menjadi wadah untuk menggerakkan komoditas rendang menuju pasar internasional.
“Rendang ini rantai untuk memproduksinya memberikan dampak yang luas. Karena bumbu-bumbu yang digunakan rendang itu, seperti kelapa, cabai merah, dan rempah-rempah lainnya, juga akan dapat mengangkat petani yang memproduksi bahan-bahan memasak rendang,” katanya, Senin (23/12/2024).
Dia melihat bila produktivitas rendang ditingkatkan, maka kebutuhan terhadap bumbu-bumbu juga akan meningkat. Dengan demikian, akan terbentuk rantai perekonomian. Makanya, bila rendang bisa di ekspor, banyak sektor yang akan merasakan dampak positifnya.
“Tahun 2025 saya terus mendorong Hipermi untuk lebih gercep (gerak cepat) lagi untuk mencari pangsa pasar. Pemprov maupun pemerintah kabupaten dan kota juga perlu mendukung Hipermi itu,” pintanya.
Syukriah menyampaikan jika semua pihak saling bersinergi untuk membantu rendang bisa masuk ke pasar internasional, maka tidak hanya membuat rendang menjadi kuliner yang mendunia, tapi secara tidak langsung dengan intensnya Sumbar melakukan ekspor melalui produk rendang, juga akan memberikan nilai dari sisi kinerja bea keluar yang dicatat oleh Bea dan Cukai Teluk Bayur.
Baca Juga
Menurutnya sejauh ini komoditas yang dominan diekspor Sumbar itu masih dari komoditas CPO dan turunannya, serta komoditas karet.
Dikatakannya bila ada komoditas yang baru didorong untuk melakukan ekspor, maka bisa memberikan nilai yang lebih terhadap ekspor Sumbar di masa mendatang.
“Rendang ini memiliki peluang yang besar untuk eskpor. Karena rendang sudah menjadi kuliner terlezat di dunia. Jadi, DJPb melihat peluang ini bisa diambil oleh Hipermi,” sebut Syukriah.
Sebagai bentuk dukungan dari DJPb Sumbar, kata Syukriah, telah ada beberapa pelatihan dan membantu mempromosikan produk rendang. Hal tersebut dilakukan, dengan harapan pelaku UMKM rendang bisa memiliki pengalaman dan jaringan di luar negeri.
“Makanya promosi hingga di kanca internasional itu penting dilakukan. Mungkin belum bisa ekspor langsung, tapi setidaknya pelaku UMKM rendang telah memiliki jaringan untuk menjual produknya ke luar negeri,” tegasnya.
Syukriah berharap pada tahun 2025 mendatang, ada kabar baik bagi pelaku usaha rendang di Sumbar, sehingga apa yang telah menjadi usaha dan harapan yang telah dibangun sejak awal tahun 2024 ini, bisa terwujud di tahun 2025 nanti.
Sebelumnya, Gubernur Sumbar Mahyeldi mengatakan seiring telah dibentuknya Hipermi merupakan sebuah upaya dari pemerintah daerah memberi ruang kepada industri pengolahan rendang di Sumbar bisa berdaya saing tinggi kedepannya.
"Hipermi kami harapkan tidak hanya bicara soal pasar dalam negeri, tapi didorong bisa mengisi pasar dunia, dengan cara mengekspor rendang," ujarnya.
Alasan gubernur perlu bagi Hipermi melahirkan rendang yang bermutu dan layak di ekspor, karena rendang merupakan produk lokal yang memiliki potensi yang sangat besar untuk diperluas pangsa pasarnya.
Apalagi rasa rendang tidak lagi menjadi selera khusus bagi masyarakat di Sumbar saja, tapi rasa rendang juga cocok dan teruji lezatnya bagi selera orang luar negeri.
"Bicara soal rasa, rendang nomor satu. Semua orang suka dengan rendang, dan hal itu merupakan potensi besar untuk bisa menjangkau pangsa pasar lebih luas dan tak terbatas pasar dalam negeri saja," ujarnya.
Mahyeldi melihat dengan adanya Hipermi dan diharapkan bisa memicu ekspor rendang ke berbagai negara di dunia, artinya pelaku usaha rendang telah memiliki peran penting bagi perekonomian Sumbar.
Menurutnya hal tersebut juga bersamaan dengan program Pemprov Sumbar yang melakukan pendampingan produksi, pendampingan pemasaran, dan strategi bisnis yang memadai sehingga usaha rendang di Sumbar memiliki daya saing yang kuat.
Untuk itu, dengan telah adanya Hipermi di Sumbar, kata Mahyeldi, diyakini akan menaikkan kelas UMKM dan industri rendang Minangkabau dari lokal bisa mencapai pasar luar negeri.
"Saya melihat jalan menggenjot ekonomi dari ekspor rendang ini terbuka bagus. Karena ada peluang dan potensi yang besar untuk memperluas pasar, meningkatkan mutu produk, dan mempromosikan kekayaan kuliner randang ke tingkat nasional maupun internasional," sebutnya.
Gubernur menyebutkan bicara soal ekspor rendang, sebelumnya pengusaha rendang di Sumbar juga telah mengekspor dalam bentuk bumbu rendang ke kawasan Eropa.
Sehingga melalui peran Hipermi nantinya, diharapkan dapat meningkatkan angka ekspor serta mendorong kemajuan dan perkembangan ekonomi melalui pengolahan industri rendang.
Ketua Hipermi Sumbar Fibrianti Takarina mengatakan dalam kondisi saat ini Hipermi menyatakan kesiapan untuk berkolaborasi dengan banyak pihak, mulai dari para petani sehingga bisa memproduksi rendang dengan cita rasa yang terbaik.
Sejauh ini di Hipermi telah menghimpun 67 pengusaha rendang dan telah diklasifikasikan berdasarkan kemampuan ekspor serta legalitas usaha menjadi tiga kategori yaitu kecil, menengah, dan besar.
"Kapasitas produksi untuk ekspor rendang dengan memanfaatkan Sentra Randang Payakumbuh serta dapur masing-masing anggota mencapai 10 ton per bulan," ujarnya.
Menurutnya jumlah tersebut dapat meningkat hingga tiga kali lipat dengan dukungan dari sentra randang di kota atau kabupaten lain.
"Kami dari pelaku usaha rendang tentu menyambut baik adanya rencana ekspor rendang. Karena hal tersebut dapat membantu memperluas pangsa pasar. Semoga rencana ini berjalan dengan baik kedepannya," harap Fibrianti.