Bisnis.com, MEDAN — Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara (Sumut) mengakui ada penurunan permintaan buyer akan karet alam yang memenuhi aturan anti deforestasi Eropa atau EUDR (The European Union on Deforestation-free Regulation).
Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah mengatakan, kecenderungan penurunan itu tampak dari makin berkurangnya volume ekspor karet alam dari Sumut ke Eropa.
Diketahui, ekspor karet alam Sumut ke Eropa untuk pengapalan bulan Juli sebesar 1,3% dari total ekspor. Angka ini menurun drastis dari pengapalan pada Juni lalu yang sebesar 7,53%. Bahkan jauh menurun dari pengapalan periode Mei yang dicatat Gapkindo Sumut sebesar 18,68%.
Di samping itu, kata Edy, beberapa buyer juga disebutnya membatalkan kontrak untuk karet EUDR. "Mungkin karena aturan EUDR itu sendiri [baru] mulai berlaku pada 30 Desember 2024," kata Edy, Sabtu (31/8/2024).
Dari catatan Gapkindo Sumut, volume ekspor karet alam asal Sumut untuk pengapalan Juli 2024 turun tipis 1,28% (month-to-month/mtm) dibanding Juni menjadi 19.308 ton. Bulan Juni lalu, Gapkindo Sumut mencatat volume ekspor karet Sumut sebesar 19.557 ton.
Sementara jika dibanding Juli 2023, terjadi penurunan ekspor karet alam Sumut yang cukup tajam di periode ini yakni hingga menyentuh 23,47% (year-on-year/yoy). Ekspor pada Juli 2023 sebesar 25.229 ton.
Baca Juga
Edy mengatakan, sebagian ekspor untuk pengapalan Juli masih untuk kontrak karet yang memenuhi 'aturan EUDR'. Meski ada kecenderungan penurunan permintaan atas karet berstandar EUDR belakangan ini, Edy menyebut hal itu tak berarti mendorong permintaan terhadap karet yang belum memenuhi regulasi EUDR.
"Belum berdampak ke peningkatan [ekspor] karet non-EUDR," katanya.
Adapun ekspor karet alam dari Sumut pada pengapalan Juli 2024, ada 26 negara tujuan ekspor. Lima negara dengan permintaan karet tertinggi yakni: 1) Jepang sebesar 46,81% dari total ekspor; 2) Amerika Serikat 14,29%; 3) Brazil 6,06%; 4) India 5,22%; dan 5) Kanada sebesar 2,94%.
Sementara untuk ekspor ke Eropa pada pengapalan bulan Juli yang tercatat sebesar 1,3% dari total ekspor, menyasar 12 negara di benua itu, yaitu Belgia, Bulgaria, Perancis, Jerman, Italia, Kroasia, Luksembourg, Polandia, Romania, Slovenia, Spanyol, dan UK. "Ekspor [ke Eropa] tersebut adalah karet remah (berupa SIR/TSR) untuk bahan baku pembuatan ban," lanjut Edy.
Adapun harga karet SICOM-TSR20 rata-rata bulan Juli sebesar 163,47 sen AS per kg, atau turun sebesar 10,39 sen dari rataan bulan Juni.
Edy mengatakan saat ini harga karet membaik sangat signifikan. Di bursa berjangka karet Singapura, harga closing SICOM-TSR20 pada 28-Agustus 182,2 sen AS.
Sementara itu, kebun karet di wilayah Sumatra Utara masih terganggu produksinya belakangan ini karena curah hujan yang tidak menentu. Diperkirakan, pasokan bahan olah karet (BOKAR) bulan ini masih terbatas.
"Kondisi ini akan mempengaruhi kinerja produksi pabrik pengolahan karet karena ketersediaan bahan baku yang berkurang," tandasnya. (K68)