Bisnis.com, PALEMBANG – Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Sumatra Selatan menggelar acara Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Triwulan IV 2023 dan talkshow dengan tema “Strategi dan Tantangan Memperkuat Potensi Pertambangan Sumatra Selatan sebagai Lumbung Energi Nasional” di Ballroom Hotel Novotel Palembang, pada Rabu (27/3/2024).
Dalam acara tersebut, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumsel, Ricky P Gozali, menerangkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Sumsel tetap kuat, meskipun terjadi perlambatan pada triwulan IV 2023 dan sepanjang tahun 2023.
Pada triwulan IV 2023 dan sepanjang tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Sumsel tercatat masing-masing sebesar 4,94% dan 5,08% (yoy), berbeda dengan tahun sebelumnya yang tercatat masing-masing sebesar 5,08% dan 5,23% secara year on year (yoy).
Perlambatan ini disebabkan oleh penurunan produksi batu bara akibat approval terhadap Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang terlambat serta terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang melanda Sumsel, sehingga memberikan dampak terhadap penurunan kinerja konsumsi rumah tangga.
Ricky mengungkapkan perlambatan yang terjadi pada triwulan IV tersebut tidak menghambat pertumbuhan ekonomi di Sumsel, bahkan kinerja Sumsel tetap lebih baik dari pada nasional.
“Ini patut kita syukuri, karena hal tersebut tidak menghambat kinerja Sumsel untuk tetap lebih baik dari seluruh provinsi yang ada di Sumatra bahkan lebih baik dari nasional,” ungkapnya.
Baca Juga
Kuatnya kinerja ekonomi pada triwulan IV 2023 didorong oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian serta industri pengolahan. Sementara dari sisi pengeluaran, didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi yang tumbuh positif.
Dia juga menambahkan bahwa pada tahun 2024 ini, Bank Indonesia tetap optimistis memandang prospek ekonomi akan membaik dari tahun sebelumnya yaitu pada kisaran 4,7% hingga 5,5% (yoy).
“Kami tetap optimistis bahwa prospek ekonomi pada tahun 2024 akan membaik, terlebih hal itu didukung oleh penyelenggaraan pemilu, penyelesaian proyek strategis nasional, dukungan optimalisasi lahan tabama, cuaca yang lebih terkendali, pembangunan infrastruktur angkutan batu bara, serta pembangunan pabrik tisu di OKI,” ujarnya.
Sementara untuk inflasi, laju inflasi Sumsel pada 2023 tercatat sebesar 3,17% (yoy). Hal ini menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,94% (yoy) dan terjaga dalam kisaran inflasi nasional 3±1%.
Terjaganya inflasi di Sumsel ini, didukung oleh berbagai upaya pengendalian inflasi yang terus dilakuan melalui sinergi GNPIP dan GSMP yaitu adanya bantuan alat dan mesin pertanian, penyaluran bibit unggul, kerja sama antar daerah, serta pelaksanaan pasar murah di berbagai wilayah Sumsel.
Ricky juga menjelaskan bahwa pada 2024 inflasi Sumsel akan tetap terjaga, pada kisaran target inflasi 2,5±1% yang didukung oleh upaya TPID dalam Gerakan Pengendalian Inflasi Serentak Sumatera Selatan (GPISS) dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), penguatan nilai tukar rupiah, membaiknya kondisi cuaca yang mendukung produktivitas pertanian, serta bertambahnya rute dan frekuensi penerbangan.
Tidak hanya itu, dia juga menambahkan stabilitas sistem keuangan Sumsel juga terus mengalami pertumbuhan, terlihat dari intermediasi yang tumbuh positif.
“Meskipun mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, penyaluran kredit ini tumbuh positif menjadi sebesar 10,59% (yoy), dengan NPL masih baik di bawah threshold,” ungkapnya.
Selanjutnya untuk transaksi nontunai di Sumsel terus mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan perluasan digitalisasi, dimana transaksi e-commerce, uang elektronik, QRIS, dan pertumbuhan pengguna QRIS semakin meningkat.