Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan NTP di Sumbar pada Februari 2024 Terbesar di Subsektor Hortikultura

BPS Sumbar mencatatkan, NTP Februari 2024 pada empat subsektor mengalami peningkatan, antara lain subsektor tanaman pangan 0,51%, subsektor hortikultura 4,87%.
Seorang petani tengah berada di sawah di Sungai Sariak, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatra Barat. Di kawasan pertanian padi ini banyak tumbuh pembangunan rumah baru yang dapat berdampak pada penyusutan luas lahan tanam padi./Bisnis-Noli Hendra
Seorang petani tengah berada di sawah di Sungai Sariak, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatra Barat. Di kawasan pertanian padi ini banyak tumbuh pembangunan rumah baru yang dapat berdampak pada penyusutan luas lahan tanam padi./Bisnis-Noli Hendra

Bisnis.com, PADANG - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan berdasarkan hasil pemantauan harga–harga di pedesaan di seluruh kabupaten di Sumbar (kecuali Kabupaten Kepulauan Mentawai) pada Februari 2024 menunjukan nilai tukar petani (NTP) naik tipis.

Kepala BPS Sumbar Sugeng Arianto mengatakan kenaikan NTP pada Februari 2024 itu sebesar 1,05% bila dibandingkan Januari 2024, dari 116,49 menjadi 117,71. Namun ada subsektor yang menunjukan kenaikan yang cukup besar.

"Kami mencatat kenaikan NTP ini disebabkan karena peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 2,20% dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 1,14%," katanya dalam keterangan resmi, Jumat (1/3/2024).

Dia menjelaskan bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, NTP Februari 2024 pada empat subsektor mengalami peningkatan, yakni subsektor tanaman pangan 0,51%, subsektor hortikultura 4,87% subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,65%, dan subsektor peternakan 0,07%. Sedangkan satu subsektor mengalami penurunan, yaitu subsektor perikanan sebesar 1,45%.

"Jadi yang besar itu di subsektor hortikultura mencapai 4,87%. Sementara itu, subsektor lain tidak sampai 1,5%. Terbesar kedua itu di subsektor perikanan 1,45% dan terendah di subsektor peternakan 0,07%," ujarnya.

Sugeng merinci untuk subsektor hortikultura (NTPH) sebesar 4,87% tersebut disebabkan oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 6,08%.

"Artinya lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,15%," tegasnya.

Dimana untuk peningkatan nilai It sebesar 6,08% disebabkan oleh peningkatan tiga kelompok yaitu kelompok sayur–sayuran 6,36%, kelompok buah–buahan 1,73%, dan kelompok tanaman obat–obatan 3,86%.

Peningkatan nilai Ib sebesar 1,15% ini disebabkan oleh peningkatan indeks harga kelompok konsumsi rumah tangga dan indeks harga kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal masing-masing sebesar 1,28% dan 0,73%.

Sugeng menyampaikan indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga jual beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani.

Dimana pada Februari 2024 terjadi peningkatan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 2,20% bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 139,92 menjadi 142,99.

Menurutnya peningkatan nilai It diakibatkan oleh naiknya nilai It pada empat subsektor yaitu subsektor tanaman pangan 1,71%, subsektor hortikultura 6,08%, subsektor tanaman perkebunan rakyat 1,79%, dan subsektor peternakan 1,05%. Sedangkan subsektor perikanan mengalami penurunan sebesar 0,89%.

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

"Pada Februari 2024 indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan yaitu sebesar 1,14%, yaitu dari 120,11 menjadi 121,48," sebutnya.

Dikatakannya peningkatan nilai Ib disebabkan oleh naiknya nilai Ib pada semua subsektor, yakni subsektor tanaman pangan 1,19%, subsektor hortikultura 1,15%, subsektor tanaman perkebunan rakyat 1,14%, subsektor peternakan 0,98%, dan subsektor perikanan 0,56%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper