Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Beras CPP Tinggi di Sumbar

Bulog mengungkapkan terjadi peningkatan permintaan beras cadangan pangan pemerintah (CPP) di Sumatra Barat dampak dari kenaikan harga beras di pasaran.
Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bulog./JIBI-Ni Luh Anggela.
Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bulog./JIBI-Ni Luh Anggela.

Bisnis.com, PADANG — Badan Urusan Logistik (Bulog) mengungkapkan terjadi peningkatan permintaan beras cadangan pangan pemerintah (CPP) di wilayah Provinsi Sumatra Barat dampak dari kenaikan harga beras di pasaran.

Pemimpin Wilayah Bulog Sumbar Sri Muniati mengatakan saat ini permintaan beras dari mitra yang datang langsung ke gudang Bulog yang ada di wilayah Sumbar mencapai 100 ton per harinya. 

Menurutnya jumlah permintaan itu mengalami kenaikan bila dibandingkan pada kondisi sebelum terjadi kenaikan harga beras di pasaran. Dimana biasanya permintaan beras ke Bulog sebesar 50 ton hingga 70 ton per hari.

"Kenaikan harga beras di pasaran membuat masyarakat banyak membeli beras Bulog. Selain harganya lebih murah yakni Rp11.500 per kilogram, masyarakat sudah bisa menikmati beras dengan kualitas beras premium," katanya, Rabu (28/2/2024).

Sri menjelaskan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap beras, Bulog turut mendistribusikan beras ke mitra, mulai untuk mitra di pasar, hingga untuk mitra Bulog juga ada di sejumlah ritel di Sumbar.

Dengan adanya sebaran beras CPP itu, dia berharap masyarakat bisa lebih mudah untuk dapat membeli beras CPP.

"Beras CPP kami ini secara kualitas hampir sama dengan beras lokal di Sumbar. Makanya banyak masyarakat yang beli, apalagi harga beras di pasar lagi tinggi. Sehingga masyarakat memilih beli beras Bulog dengan harga yang lebih murah," sebutnya.

Sri menjelaskan beras CPP yang dijual di wilayah Sumbar itu, merupakan beras yang di impor dari Thailand. Beras dari Thailand dianggap memiliki kualitas yang hampir sama dengan beras yang ada di Sumbar.

"Selera masyarakat Sumbar terhadap beras itu berbeda dengan daerah lain. Masyarakat Sumbar tidak suka beras pulen. Cuma satu daerah yang produksi beras pulen di Sumbar itu yakni di Dharmasraya, karena di sana banyak penduduk transmigrasi Jawa," ucapnya.

Sri menegaskan melihat tingginya permintaan beras CPP ke Bulog, untuk ketersediaan beras total di seluruh gudang Bulog wilayah Sumbar yang tercatat hingga 27 Februari 2024 kemarin mencapai 22.500 ton, dan stok tambahan akan masuk beberapa hari kedepan sebanyak 13.500 ton.

Menurutnya dengan adanya stok itu, diperkirakan Bulog wilayah Sumbar masih mampu untuk memenuhi kebutuhan beras di Sumbar selama 3 hingga 4 bulan ke depan.

"Jadi untuk momen Ramadan dan lebaran nanti, ketersediaan beras di gudang Bulog masih cukup. Artinya masih aman," ujarnya.

Dia menjelaskan dari ketersediaan beras tersebut saat ini sedang bersiap untuk distribusikan mencapai 9.000 ton. Artinya, dengan telah distribusikannya beras CPP itu ke wilayah Sumbar, turut berperan dalam pengendalian harga beras di pasaran yang saat ini tengah mengalami kenaikan yang cukup tinggi.

"Adanya permintaan yang tinggi ini, saya berharap mitra lebih teliti lagi melihat kondisi permintaan dari masyarakat. Jangan sampai ketersediaan beras di toko kosong, segeralah ajukan permintaan stok ke Bulog," imbaunya.

Pendistribusian beras CPP tersebut, selain merupakan tugas pemerintah yang diberikan ke Bulog, juga merupakan upaya dalam pengendalian harga beras yang tengah terjadi di Sumbar.

Terpisah, menurut seorang pedagang beras di Padang, Safi'i untuk beras memang belum ada tanda-tanda menunjukan harga bakal turun. Apalagi beras yang dijualnya itu, merupakan beras premium yang berasal dari Kabupaten Solok.

"Sekarang harganya Rp17.000 per kilogram, normalnya biasa Rp15.000 per kg. Kenaikan beras tersebut sudah dirasakan sejak dua bulan ini," katanya.

Dia menyebutkan informasi yang diperoleh dari agen, penyebab naiknya harga beras, karena produksi beras di Solok tengah mengalami penurunan. Sementara kondisi yang terjadi saat ini, kebutuhan beras di pasaran terus berjalan.

"Beras ini kan penjualan jalan terus. Jadi seharusnya pasokan ada terus. Sekarang kondisi pasokan lagi berkurang. Makanya harga naik," ujarnya.

Safi'i mengaku tidak bisa memastikan kapan harga beras akan turun. Namun melihat dari tren jelang momen Ramadan, kenaikan harga beras maupun sembako lainnya memang sering terjadi. "Saya rasa jika pasokan masih minim ini, harga sulit untuk normal," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper