Bisnis.com, PEKANBARU-- Universitas Riau (Unri) telah mengambil langkah strategis dalam mendukung upaya pengelolaan ekosistem gambut yang berkelanjutan di wilayah Riau, termasuk melakukan penelitian terkait penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unri Prof Mubarak menyebutkan masalah karhutla di Riau juga menjadi perhatian serius pihaknya.
"Penelitian di Unri membuktikan bahwa salah satu akar penyebab karhutla adalah pengelolaan gambut yang tidak optimal. Ketidakmampuan mengelola gambut dengan baik dapat memicu hal ini terjadi. Ketika terjadi kebakaran, pemulihan fungsi hidrologi gambut akan menjadi sangat kompleks dan sulit," ungkapnya Selasa (8/8/2023).
Menurutnya dengan lebih dari 50 persen wilayah Riau yang terdiri dari lahan gambut yang memiliki peran penting dalam menyimpan cadangan air, Unri telah melakukan berbagai upaya untuk mengkaji dan mengatasi permasalahan terkait ekosistem gambut.
Dia menyebutkan Unri telah melaksanakan inisiatif untuk mengatasi isu ekosistem gambut, termasuk dengan pencanangan sekat kanal gambut. LPPM Unri menurutnya telah aktif melakukan penelitian lapangan serta berkolaborasi dengan institusi luar negeri.
Kemudian pihaknya juga telah mengarahkan fokus penelitian di kampus tersebut ke berbagai aspek ekosistem gambut. Penelitian dimaksud mencakup berbagai disiplin ilmu, misalnya dari pertanian yang mempelajari cara bercocok tanam di lingkungan gambut, hingga teknik sipil yang membahas terkait pembangunan di lahan gambut.
Baca Juga
"Unri juga memandang penting untuk menjaga kelestarian fungsi hidrologi gambut, mengingat masalah kerusakan lingkungan dan kebutuhan masyarakat. Salah satu solusi yang ditemukan adalah bagaimana menjaga fungsi hidrologi serta menjalankan fungsi-fungsi lain dari ekosistem gambut," ungkapnya.
Kemudian Unri juga memiliki program pengelolaan lingkungan dan kebencanaan di tingkat S1 dan S2, yang mengajak mahasiswa untuk terlibat secara langsung. Selain berperan dalam aspek keilmuan, Unri juga memiliki contoh nyata dalam pengelolaan lingkungan kampus, seperti pengelolaan bendungan yang dapat menampung air selama musim hujan dan menggunakannya secara bijak saat kemarau.
Sementara itu Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menyatakan tata kelola kawasan hidrologi gambut (KHG) Sungai Siak-Kampar di Provinsi Riau, bakal disinergikan untuk memastikan restorasi ekosistem gambut dilaksanakan secara sistematis dan terpadu untuk menuju kelestarian ekosistem. Salah satu manfaat yang juga bakal dirasakan adalah sebagai langkah antisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kepala BRGM Hartono mengatakan Riau memiliki lahan gambut terluas di Indonesia. Sesuai dengan penetapan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2017 tentang Penetapan Peta Kesatuan Hidrologis Gambut Nasional, luas lahan gambut di Provinsi Riau adalah 5,3 juta hektar yang berada pada 59 Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG).
"Selama 2016 - 2022, BRGM telah melaksanakan kegiatan restorasi gambut di Riau seluas 209.977 hektar.
Hal ini dicapai melalui pembangunan sekat kanal sebanyak 1.618 unit, kegiatan revegetasi seluas 140 hektar, dan pemberian revitalisasi mata pencaharian masyarakat sebanyak 86 paket," ungkapnya.
Dia menyebutkan salah satu KHG di Riau, yaitu KHG Sungai Siak - Sungai Kampar pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat dan private sector. Di posisi ini, diperlukan kolaborasi dan sinergi tersebut. Disamping itu, restorasi gambut di Riau juga telah dilaksanakan oleh beberapa mitra, antara lain Pemerintah Daerah, CSO/NGO, Perguruan Tinggi, dan Private Sector.
Sinergi dan kolaborasi dalam restorasi ekosistem gambut diharapkan akan mampu mengembalikan daya dukung ekosistem gambut sehingga KHG optimal dapat diwujudkan.