Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Punya Omzet yang Menggiurkan, Sumbar Ajak Masyarakat Budi Daya Madu Kelulut

Saat ini budi daya kelulut telah dimulai dari Kota Sawahlunto, tepatnya di Kebun Buah Kandi, melalui pengusaha muda yang telah lebih dulu melakukan budi daya madu kelulut tersebut, yakni Heri Setiawan.
Gubernur Sumbar Mahyeldi (tengah) melihat madu galo-galo atau kelulut yang telah dipanen dan dikemas dalam kesempatan kunjungan kerja ke Kebun Buah Kandi Sawahlunto. /Bisnis-Noli Hendra
Gubernur Sumbar Mahyeldi (tengah) melihat madu galo-galo atau kelulut yang telah dipanen dan dikemas dalam kesempatan kunjungan kerja ke Kebun Buah Kandi Sawahlunto. /Bisnis-Noli Hendra

Bisnis.com, SAWAHLUNTO - Provinsi Sumatra Barat saat ini tengah berupaya melakukan pengembangan budi daya galo-galo atau kelulut. Selain madunya yang dinilai memiliki banyak khasiat, harganya juga terbilang dapat menjadi sumber mata pencaharian yang baru.

Saat ini budi daya kelulut telah dimulai dari Kota Sawahlunto, tepatnya di Kebun Buah Kandi, melalui pengusaha muda yang telah lebih dulu melakukan budi daya madu kelulut tersebut, yakni Heri Setiawan.

Dia mengatakan pertama kali mencoba untuk membudidaya kelulut itu pada tahun 2016. Ketika ia lebih fokus untuk mempelajari kelulut, serta mengetahui predator yang menjadi ancaman bagi kelulut.

"Jadi jumlah kelulut ini terus saya kembangkan, dan di tahun 2019 barulah jumlah koloninya bertambah, dan panen madunya bisa lebih banyak," katanya, Selasa (1/6/2021),

Heri menyebutkan saat dia memiliki 115 koloni dan ditambah dengan binaannya sebanyak 400 koloni. Dari jumlah 400 koloni itu saja, bisa memanen madu 50-70 kilogram dalam 15 hari.

Artinya selama satu bulan, madu kelulut bisa dipanen mencapai 100-140 kilogram. Sementara untuk harga madu kelulut ini mencapai Rp400.000 per kilogram. Dapat dikatakan penghasilan budi daya kelulut dengan 100 kilogram panen bisa mencapai Rp40 juta per bulannya.

"Nah kalau sudah begitu penghasilan per bulan, mungkin ambisi untuk jadi PNS perlu urung dulu," candanya.

"Jika bisa mengembangkan budidaya kelulut ini, soal omzetnya itu sangat menjanjikan. Misalnya bisa panen 10 kilogram saja, maka penghasilannya sudah bisa memperoleh Rp4 juta per bulannya," jelas Heri.

Melihat potensi ekonomi yang bagus, Heri pun kini berniat untuk mengembangkannya tidak hanya di Kota Sawahlunto saja, tapi kepada daerah lainnya di Sumbar. Karena dia melihat, budidaya kelulut bisa menjadi salah satu sumber ekonomi yang bagus.

Menurut Heri, bila masyarakat serius melakukan budi daya kelulut itu, tidak hanya bicara keuntungan dari sisi materi saja. Tapi masyarakat telah turut menjaga hutan dan lingkungan.

"Karena kelulut ini akan menghasilkan madu, bila mereka bisa mendapatkan sari buah yang ada di sekitarnya. Seperti di Kebun Buah Kandi Sawahlunto ini, ada banyak buah-buahan yaitu lengkeng, buah naga, jeruk, dan yang lainnya," ucapnya.

Heri menjelaskan untuk melakukan budi daya kelulut tidaklah terlalu rumit. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah soal predator yakni cicak, semut, dan serangga lainnya. Artinya, memang perlu dipantau kondisi kelulut yang ada di sarangnya itu.

"Kelulut tidak punya sengat. Jadi tidak perlu takut untuk mendekati sarangnya ataupun saat memanen madunya," ujar Heri.

Melihat adanya potensi yang begitu bagus, Pemerintah Provinsi Sumbar melalui Dinas Kehutanan memberikan bantuan berupa 2.400 koloni yang diserahkan untuk 12 kabupaten dan kota di Sumbar.

Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Sumbar Yozarwardi mengatakan sudah saatnya budi daya kelulut dikembangkan agar dapat menopang perekonomian bagi masyarakat, serta dapat mewujudkan rasa cinta untuk menjaga hutan dan lingkungan.

"Saya sangat mendukung sekali bila daerah lainnya ingin melakukan budi daya kelulut ini. Karena khasiatnya itu sangat banyak, berbagai penyakit insya allah bisa disembuhkannya, dan bagi yang diabetes tidak perlu khawatir untuk meminum madu kelulut itu," ucapnya.

Yozarwardi menyampaikan untuk rasa madu kelulut sendiri berbeda dengan madu lebah pada umumnya. Madu lebih terasa kental manisnya, tapi madu kelulut rasa manisnya dibaluti rasa asam.

Hal istimewanya lagi, madu kelulut ini akan mudah diketahui, mana yang madu kelulut asli dan mana madu kelulut yang dicampur. Hal itu dapat diketahui dengan rasa khas nya yang asam itu.

"Jadi madu kelulut ini memang dijual cukup mahal bila dibandingkan madu lebah pada umumnya. Harga madu kelulut seputaran daerah Sumbar ini Rp400.000 per kilogramnya," sebutnya.

Dengan telah adanya produksi madu kelulut itu, maka Gubernur Sumbar Mahyeldi pun mendorong agar ada pasar yang bisa membeli madu kelulut tersebut. Untuk itu, gubernur pun meminta kepada para ASN untuk memiliki sebotol madu kelulut untuk dikonsumsi setiap bulannya.

"Minum madu itu sehat, apalagi para ASN yang memiliki kerja yang cukup padat. Maka minum amatlah baik. Saya minta ASN jangan sungkan untuk membeli madu kelulut ini," ungkapnya.

Selain itu Mahyeldi pun melihat madu galo-galo atau kelulut sangat potensial dibudidayakan dalam rangka agar masyarakat yang berada di sekitar hutan bisa hidup lebih sejahtera dan terjamin dari sisi ekonomi, dengan memanfaatkan potensi yang ada di hutan tanpa merusak hutan.

Pemprov Sumbar juga akan menarget sebanyak 5.000 per tahun stup atau koloni kelulut, bahkan sudah meminta kepada Dinas Kehutanan untuk membuat kebijakan agar pejabat struktural di Pemprov Sumbar membeli dan mengkonsumsi madu.

"Untuk memprioritaskan mengkonsumsi madu, yang dihasilkan oleh peternak madu di Sumbar ini adalah madu kualitas yang sangat baik karena melarutkan banyak zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh kita termasuk juga sebagai antioksidan," katanya.

Menurut Mahyeldi dengan meminum madu kelulut itu, juga bisa untuk pengobatan Covid-19 dan menyehatkan badan insya allah imunitas sehat dengan minum madu tersebut.

"Saat ini rata-rata penduduk di Indonesia konsumsi madunya masih kecil 0,1 kilo per tahun, jauh di bawah Jepang, Singapura dan yang lainnya, mereka sudah 2 kilo per tahun. Untuk itu kita perlu membuka pasar-pasar untuk madu ini," tuturnya.

Di samping itu dia juga menekankan kepada komunitas pengelolaan madu di Sumbar agar dikemas dalam bentuk kemasan kecil, agar dapat dikonsumsi juga bagi anak-anak yang ada di sekolah.

"Begitu juga madu ini bermanfaat bagi ibu-ibu hamil dapat meningkat kualitas gizi bagi ibu hamil tentunya memberikan kesehatan untuk bayinya." tutupnya.

Sementara itu Wali Kota Sawahlunto Deri Asta mengucapkan terima kasih kepada gubernur dan sekaligus memberikan bantuan dan dukungan sebanyak 2.500 stup koloni lebah galo-galo atau madu tanpa sengat.

Menurutnya hal tersebut merupakan program yang sangat bagus sekali yang pertama dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dan menjaga masyarakat bisa menjaga hutan.

"Targetnya kita akan menjadikan sentra madu kelulut ini di Sawahlunto, karena ada pengusaha lokal yang kita didik bagaimana membuat madu ini, untuk dijaga dirawat dan dilestarikan dan harus ada nilai tambahnya," kata Deri. (k56)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Noli Hendra
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper