Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Petani Sumsel Terkerek Harga Komoditas Kopi

Dari indeks yang diterima petani, pendorong tertinggi kenaikan NTP berasal dari komoditas kopi yang tercatat meningkat mencapai 6,43%.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, PALEMBANG — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumatra Selatan pada Januari 2025 tercatat mencapai 131,32. 

Kepala BPS Sumatra Selatan (Sumsel) Moh Wahyu Yulianto mengungkapkan bahwa NTP tersebut naik sebesar 1,71% dan merupakan yang tertinggi sejak tiga tahun terakhir. 

“Kenaikan NTP ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani yang meningkat 1,54% sedangkan indeks harga yang dibayar petani turun 0,17%,” jelasnya, Senin (3/3/2025). 

Wahyu menyebut dari total lima subsektor NTP, hanya sektor peternakan yang tercatat merosot sebesar 0,30%. 

“Sedangkan sektor tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan dan perikanan menunjukkan adanya kenaikan,” imbuhnya. 

Pihaknya mencatat dari indeks yang diterima petani, pendorong tertinggi kenaikan NTP berasal dari komoditas kopi yang tercatat meningkat mencapai 6,43%. 

Kemudian baru diikuti oleh komoditas lainnya meliputi karet 1,16%, kelapa sawit 1,07%, kakao 8,33%, dan cabai merah 4,54%. 

“Sementara untuk biaya produksi terjadi peningkatan pada upah menuai atau memanen, kenaikan bensin, dan kenaikan harga pupuk NPK,” jelas Wahyu. 

Ketua Koperasi MAI Pagar Alam sekaligus pemilik kebun kopi, Nisdiarty mengakui harga kopi memang menunjukkan tren yang cukup baik. 

Dia menyebut hasil panen raya kopi pada periode tahun lalu (Mei-Oktober) dengan kadar air 13-16% dibanderol dengan harga Rp78.000 per kilogram. 

Sementara saat ini, harga kopi di wilayah itu berkisar antara Rp70.000 sampai Rp72.000 per kilogram. 

“Kalau sekarang ini baru mau panen selang namanya, harganya juga masih bagus di kisaran Rp70.000 sampai Rp72.000 per kilogram,” katanya saat dihubungi Bisnis

Menurut Nisdiarty, harga itu sudah lumayan untuk menutup biaya produksi di mana kebutuhan pupuk saat ini harganya juga relatif tinggi. 

Kendati demikian, dia mengatakan bahwa masyarakat di wilayah itu juga sudah mulai beralih menggunakan pupuk organik dengan memanfaatkan sekam kopi dari hasil panen. 

“Tapi masyarakat sudah peduli untuk menggunakan pupuk organik, di kebun kami juga sudah tidak pakai pupuk kimia,” tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper