Bisnis.com, PADANG - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatra Barat mengalami penurunan baik dari sisi jumlah maupun persentasenya selama periode Maret 2016–Maret 2025.
Kepala BPS Sumbar Sugeng Arianto mengatakan selama lebih dari sembilan tahun jumlah penduduk miskin Sumbar mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 371,56 ribu jiwa pada Maret 2016, menjadi 312,35 ribu jiwa pada Maret 2025. Secara persentase juga mengalami penurunan dari 7,09% pada Maret 2016 menjadi 5,35% pada Maret 2025.
“Jika dilihat dari September 2024 ke Maret 2025 terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 5,42% menjadi 5,35%,” katanya dikutip dari data resmi BPS, Jumat (25/7/2025).
Dia menjelaskan jumlah penduduk miskin di Sumbar pada Maret 2025 mencapai 312,35 ribu orang. Dibandingkan September 2024, jumlah penduduk miskin turun 3,08 ribu orang. Sementara jika dibandingkan dengan Maret 2024, jumlah penduduk miskin turun sebanyak 33,38 ribu orang.
Persentase penduduk miskin pada Maret 2025 tercatat sebesar 5,35%, turun 0,07 persen poin terhadap September 2024 dan turun 0,67% poin jika dibandingkan periode Maret 2024.
Pada periode September 2024 dan Maret 2025, jumlah penduduk miskin perkotaan turun sebesar 6,24 ribu orang, dan di perdesaan naik sebesar 3,15 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 4,16% menjadi 3,91%. Sementara itu, di pedesaan naik dari 6,79% menjadi 6,93%.
Baca Juga
“Tingkat kemiskinan mengalami kenaikan di pedesaan, kalau di perkotaan turun,” ujar dia.
Sugeng menjelaskan perubahan jumlah dan persentase penduduk miskin tidak akan terlepas dari perubahan nilai garis kemiskinan. Di mana selama periode September 2024 dan Maret 2025, garis kemiskinan di Sumbar naik sebesar 2,07%.
“Kenaikannya dari Rp714.991 per kapita per bulan pada September 2024 menjadi Rp729.806 per kapita per bulan pada Maret 2025,” jelas dia.
Sementara pada periode Maret 2024 - Maret 2025, garis kemiskinan naik sebesar 3,02% yaitu dari Rp708.416 per kapita per bulan pada Maret 2024 menjadi Rp729.805 per kapita per bulan pada Maret 2025.
Menurutnya jika dibandingkan antara September 2024 dengan Maret 2025, maka garis kemiskinan daerah perkotaan meningkat sebesar 3,06%, sementara itu, di daerah pedesaan meningkat 1,03%.
Adapun pada Maret 2025, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan, baik di perkotaan maupun di pedesaan, pada umumnya hampir sama.
Di mana untuk komoditas beras masih memberi sumbangan terbesar yakni sebesar 22,48% di perkotaan dan 26,19% di pedesaan. Kemudian rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap garis kemiskinan yakni 12,39% di perkotaan dan 14,29% di pedesaan.
Komoditas lainnya adalah cabai merah 6,50% di perkotaan dan 6,14%di pedesaan, telur ayam ras 4,00% di perkotaan dan 3,27 di pedesaan, tongkol/tuna/cakalang 3,58% di perkotaan dan 3,15% di pedesaan, daging ayam ras 3,34% di perkotaan dan 3,12% di pedesaan, roti 2,17% di perkotaan dan 2,02% di pedesaan, bawang merah 2,16% di perkotaan dan 2,31% di pedesaan.
Sugeng menegaskan ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Sumbar selama periode Maret 2024–Maret 2025. Mulai dari inflasi umum Sumbar Februari 2025 terhadap September 2024 tercatat sebesar 0,60%.
Kemudian ekonomi Sumbar pada triwulan I/2025 mengalami pertumbuhan sebesar 4,65% yoy. Apabila dibandingkan dengan triwulan III-2024, juga mengalami pertumbuhan sebesar 2,02%.
Begitupun untuk konsumsi rumah tangga triwulan I/2025 mengalami pertumbuhan sebesar 4,12% yoy. Jika dibandingkan dengan triwulan III/2024, mengalami pertumbuhan sebesar 2,52%.
Selain itu melihat pada nilai tukar petani (NTP) Sumbar pada Februari 2025 sebesar 128,99 atau naik 2,81% dibandingkan September 2024 yang sebesar 125,47. Serta melihat pada tingkat pengangguran terbuka (TPT) Sumbar pada Februari 2025 sebesar 5,69% atau turun sebesar 0,06% poin dibandingkan Agustus 2024 sebesar 5,75%.