Bisnis.com, PADANG - Kenaikan harga kelapa sawit tidak serta membuat petani di Sumatra Barat gembira. Pasalnya, di saat harga naik, hasil panen turun drastik sejak satu bulan terakhir.
"Kondisi petani kelapa sawit di Sumbar sekarang itu lagi galau. Sekarang harga kelapa sawit itu lagi bagus, tapi permasalahannya itu panen lagi mengalami trek," kata Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Sumatra Barat Syahril kepada Bisnis di Padang, Rabu (2/9/2020).
Trek adalah sebuah musim ketika hasil panen buah menurun drastis, bahkan tidak menghasilkan buah sama sekali.
Menurutnya memasuki bulan Juli - Desember adalah masa-masa perkebunan sawit di Sumbar lagi mengalami trek. Panen akan kembali bagus setelah nanti memasuki Januari atau awal tahun.
Biasanya bila panen lagi bagus, rata-rata per hektare lahan itu mampu menghasilkan kelapa sawit sebanyak 1,5 - 2 ton per bulannya atau minimal per tahunnya itu 10 ton.
"Kini dengan adanya trek, hasil panen turun sebesar 50-60 persen. Kisaran penurunan panen itu karena dihitung dari kualitas bibit juga, kalau bibit bagus maka bagus pula produksinya," tegasnya.
Baca Juga
Syahril menjelaskan saat ini harga kelapa sawit di Sumbar berada di angka Rp1.700 per kilogram untuk petani yang bermitra dengan perusahaan.
Sementara untuk harga bagi petani sawit rakyat yang dibeli oleh pengumpul berada di angka Rp1.200 - Rp1.300 per kilogram nya.
Harga sawit tersebut juga telah terjadi sekitar satu bulan terakhir ini. Namun membaiknya harga sawit saat ini tidak bisa dinikmati secara maksimal oleh petani sawit di Sumbar.
"Ya seperti hukum pasar, kita harus bagaimana lagi. Jadi hasil panen yang seadanya itu lah yang petani jual saat ini," ujar dia.
Syahril menyebutkan kondisi menyedihkan lagi yang dialami oleh petani sawit dalam keadaan harga bagus ini adalah petani sawit rakyat. Dimana hasil panennya harus dijual ke pengepul yang jelas-jelasnya harganya itu jauh lebih murah, dibandingkan dibeli oleh mitra.
Padahal di Sumbar sendiri lahan perkebunan yang paling luas adalah lahan milik rakyat yang mencapai sekitar 360.000 hektare. Sementara lahan perkebunan kelapa sawit yang bermitra dapat dikatakan hanya sebagian kecilnya saja.
"Jadi sekarang itu mau yang bermitra atau bukan harus menerima keadaan. Harga naik di saat produksi lagi trek," sebut Syahril lagi.
Dikatakannya disaat trek terjadi ini, para petani memilih untuk melakukan perawatan seperti pemupukan dan yang lainnya. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan panen pada Januari nanti.