Bisnis.com, MEDAN - Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatra Utara berpeluang terkoreksi imbas wabah virus corona.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sumatra Utara Wiwiek Sisto Widayat menyampaikan pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,22 persen sesuai dengan proyeksi BI. Namun, industri pengolahan yang diharapkan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru justru melambat, dari tumbuh 3,66 persen pada 2018 menjadi 1,23 persen pada 2019.
"Industri pengolahan kita gadang-gadang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru, terutama terkait hilirisasi beberapa komoditas utama Sumut," katanya pada Senin (10/2/2020).
Lebih lanjut, BI optimis ekonomi Sumut dapat tumbuh 5,1 persen-5,5 persen pada 2020. Namun, proyeksi ini belum memperhitungkan dampak wabah virus corona.
Saat ini BI tengah mengkaji dampak wabah virus corona terhadap pertumbuhan ekonomi Sumut. Yang jelas, kata dia, investasi dan pariwisata akan terdampak setelah pemerintah menghentikan penerbangan dari dan ke China.
Apalagi, jumlah turis dari China menempati posisi ketiga terbesar terhadap kunjungan wisman di Sumut pada 2019. China juga menjadi negara tujuan utama ekspor Sumut, dengan kontribusi 13,81 persen terhadap total ekspor pada 2019.
Baca Juga
Industri pengolahan yang tumbuh melambat pada tahun lalu diperkirakan masih berlanjut seiring dengan masih adanya tekanan dari imbas corona.
“Ekonomi Sumut agak turun sedikit karena China tidak selesai virusnya. Kecuali ada upaya dari korporasi untuk menggeser permintaan dari China ke negara-negara lain," katanya.
Menurutnya, upaya korporasi melakukan shifting pasar diyakini dapat mencegah penurunan yang cukup drastis. Cara lain, shifting dilakukan dengan mengoptimalkan pasar domestik seiring dengan program B30.
“Kalau itu dilakukan, maka akan mengurangi dampak penurunan permintaan dari China," katanya.