Bisnis.com, PALEMBANG – Sungai Musi yang membelah Kota Palembang menciptakan dua kawasan, yakni Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Meski mendapat julukan Venesia dari Timur, namun seringkali terjadi ketimpangan pembangunan antar dua kawasan di kota tertua di Indonesia tersebut.
Kawasan Seberang Ilir disebut-sebut menjadi pusat dari kemajuan pembangunan di kota yang telah berusia 1.336 tahun itu. Hal itu bisa ditengok dari keberadaan pusat perdagangan, perkantoran, permukiman yang telah lama bercokol di Seberang Ilir. Sementara Seberang Ulu sebaliknya, sudah lama identik sebagai kawasan kumuh dan tertinggal.
Seiring perkembangan dan arah pembangunan yang diusung pemerintah daerah, Kawasan Seberang Ulu kini menjadi kawasan potensial yang denyut pembangunannya mulai kencang. Ketersediaan lahan, kelengkapan akses, dan fasilitas infrastruktur di Seberang Ulu menjadi gula-gula yang memikat investor.
Bahkan, Pemerintah Kota Palembang telah menetapkan pengembangan kota baru di empat kecamatan yang berada di Seberang Ulu, yakni Seberang Ulu 1, Seberang Ulu 2, Jakabaring, dan Plaju.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Kota Palembang, Harrey Hadi, mengatakan pengembangan kota baru di Seberang Ulu sudah dicanangkan sejak 2018 lalu.
“Kami tidak ingin ada ketimpangan lagi antara dua kawasan ini [Seberang Ulu dan Seberang Ilir), sehingga pengembangan kota baru ditetapkan di Ulu,” katanya saat dihubungi Bisnis, Selasa (19/11/2019).
Konsep pengembangan, yang masuk dalam program nasional Kementerian Agraria dan Tata Ruang itu, juga telah tertuang dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Palembang yang tengah digodok pemkot.
Harrey mengemukakan pembangunan di Seberang Ulu mulai meroket sejak Palembang terpilih menjadi tuan rumah pesta olahraga se-Asia Tenggara, Sea Games 2011. Kala itu, pemerintah daerah mulai menggenjot pembangunan infrastruktur menuju kompleks olahraga Jakabaring Sport City (JSC).
“Fasilitas infrastruktur ditambah, ada flyover untuk mengurai kemacetan, juga perbaikan sejumlah ruas jalan di Seberang Ulu,” katanya.
Keberadaan JSC yang memicu pembangunan infrastruktur di Seberang Ulu juga memacu pembangunan properti di kawasan tersebut. Gedung perkantoran bertumbuh, pusat perbelanjaan hadir, rumah sakit, serta fasilitas publik lainnya.
Komitmen kuat hasil sinergi pemerintah daerah dan pusat untuk mengembangkan Seberang Ulu juga terlihat jelas dari hadirnya jalur kereta ringan (light rail transit/LRT). Megaproyek yang menelan dana hingga Rp11 triliun itu disediakan pemerintah untuk mempermudah akses dari Seberang Ilir ke Seberang Ulu.
Apalagi, kata dia, kini Seberang Ulu juga menjadi akses menuju Jalan Tol Trans Sumatra, ruas Palembang–Lampung.
Menurut dia, Pemkot Palembang terus berupaya mengikis ketimpangan pembangunan di Seberang Ulu dengan membuat infrastruktur yang terintegrasi.
Harrey mengatakan kehadiran kota baru di Seberang Ulu juga berkenaan dengan maraknya pengembangan kawasan hunian di sejumlah kecamatan, terutama di Jakabaring.
“Meskipun berbatasan dengan kabupaten tetangga, Banyuasin, namun Jakabaring menarik minat pengembang dan investor karena akses yang sudah mumpuni,” katanya.
Dukung Kota Baru
Sejumlah pengembang perumahan menilai Jakabaring dan Seberang Ulu merupakan kawasan potensial untuk hunian.
Manager Marketing PT Teracon, John Hendy, mengatakan Jakabaring layaknya Kawasan Serpong di DKI Jakarta.
“Karena posisinya potensial, lokasi strategis, dan dekat tol, kami pikir kawasan ini akan terus berkembang,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, Teracon yang selama ini mengembangkan perumahan di Pulau Jawa tertarik berekspansi di Kota Palembang. Pihaknya membidik Kawasan Tegal Binangun yang terletak tak jauh dari Jakabaring.
John mengatakan Teracon membangun sebanyak 300 unit rumah komersial di Royal Resort Residence.
Dia mengaku, saat ini pasar properti di Palembang masih dalam kondisi lesu namun pihaknya optimistis seiring pengembangan kota baru di Seberang Ulu, permintaan akan hunian akan tumbuh.
Sementara itu, Real Estate Indonesia (REI) Sumsel menilai pasar perumahan di Palembang masih memiliki prospek yang bagus.
Ketua DPD REI Sumsel Bagus Pranajaya Salam mengatakan banyak developer yang mengembangkan perumahan bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
“Pengembang di lapangan masih terus melanjutkan pembangunan rumah karena permintaan pasar masih sangat tinggi,” katanya.
Bahkan, berdasarkan catatan REI Sumsel, realisasi pembangunan rumah di daerah itu sudah mencapai 6.000 unit per Semester I/2019 dari target 13.000 unit hingga akhir tahun ini.