Bisnis.com, MEDAN - Dinas Perkebunan Sumatera mengungkapkan bahwa meskipun menjadi salah satu daerah sentra komoditas kopi, tetapi provinsinya masih dihimpit beberapa kendala dalam upaya meningkatkan kapasitas produksi dan nilai ekspor.
Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Utara, Herawati, mengungkapkan, salah satu dari kendala tersebut adalah belum optimalnya kolaborasi dari para pemangku kepentingan.
"Yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten, pelaku usaha (pengusaha dan petani), asosiasi serta pihak-pihak lainnya," ujarnya, Selasa (18/7/2017).
Para pemangku kepentingan, jelas dia, belum optimal berkolaborasi secara berkelanjutan dalam mensinergikan program-program dan kegiatan untuk mendukung pengembangan, pelestarian dan peningkatan daya saing kopi.
Selanjutnya, produktivitas dan mutu biji yang dihasilkan juga masih relatif rendah karena luasnya kebun yang sudah perlu diremajakan.
Kemudin serangan hama, penguasaan teknologi budi daya, panen dan pasca-panen yang belum dilakukan sesuai standar serta kompetensi SDM petani yang terbatas.
“Pada sektor Off Farm, kemasan kopi bubuk yang dihasilkan oleh kelompok tani juga masih sangat sederhana,” katanya.
Guna meretasnya, berbagai upaya pun ditempuh. Peningkatan daya saing pelaku usaha/petani kopi dilakukan melalui kegiatan Pelatihan dan Sekolah Lapang yang melibatkan tenaga ahli dari Pusat Penelitian dan Praktisi Kopi.
Lalu memberikan bantuan Intensifikasi kopi dalam bentuk bantuan pupuk, alat pertanian kecil dan pestisida dengan lahan sasaran seluas 1000 hektare setiap tahun.
Selain itu, Pemprov Sumut juga menebar bantuan Unit Pengolahan Hasil (UPH) seperti Huller dan pulper serta bantuan Agroindustri Kopi pada daerah-daerah penghasil kopi serta alat pembuatan packaging (kemasan) kopi.
Begitu juga melaksanakan gerakan pengendalian hama PBKo (Penggerek Buah Kopi) pada setiap daerah penghasil kopi dan memfasilitasi penerbitan Sertifikat Hak Paten/Indikasi Geografi.