Bisnis.com, PADANG - Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) tercatat sebesar 3,94% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal II/2025, tertinggal dibandingkan mayoritas provinsi lain di Pulau Sumatra yang rata-rata tumbuh di atas 4%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatra rata-rata berada di atas 4% pada triwulan II/2025 namun tidak diikuti oleh Provinsi Sumatra Barat.
Kepala BPS Sumbar Sugeng Arianto menjelaskan, berdasarkan struktur spasial produk domestik regional bruto (PDRB) Pulau Sumatra, Sumatra Utara menjadi kontributor terbesar terhadap perekonomian wilayah tersebut.
“Perekonomian Sumut berkontribusi terhadap PDRB Pulau Sumatra sebesar 23,50% dan pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai Kepulauan Riau,” katanya, dikutip dari data BPS Sumbar, Selasa (5/8/2025).
Selain Sumatra Utara, beberapa provinsi lain juga mencatat kontribusi signifikan terhadap PDRB Sumatra, yaitu Riau (22,45%), Sumatra Selatan (13,82%), Lampung (10,30%), Kepulauan Riau (7,18%), Sumbar (6,76%), Jambi (6,68%), Aceh (4,89%), Kepulauan Bangka Belitung (2,24%), dan Bengkulu (2,18%).
Dari sisi pertumbuhan, Kepulauan Riau menjadi yang tertinggi dengan capaian 7,14%. Disusul Sumatra Selatan (5,42%), Lampung (5,09%), Jambi (4,99%), Bengkulu (4,99%), Aceh (4,82%), Sumatra Utara (4,69%), Riau (4,59%), Bangka Belitung (4,09%), dan Sumbar di posisi terbawah dengan 3,94%.
Baca Juga
“Angka pertumbuhan ekonomi tertinggi Kepri yang mencapai 7,14%, dan provinsi lainnya rata di atas 4%, hanya Sumbar yang pertumbuhan ekonomi pada triwulan II/2025 yakni 3,94%,” jelasnya.
Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi Sumbar masih menyumbang 6,76% terhadap perekonomian Sumatra dan 1,50% terhadap perekonomian nasional.
Sugeng menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Sumbar didorong oleh beberapa lapangan usaha dengan kinerja tinggi. "Melihat pada kondisi perekonomian Sumbar pada triwulan II/2025 yang tumbuh sebesar 3,94% yoy dibanding triwulan II/2024 ini, disumbangkan dari lapangan usaha informasi dan komunikasi serta lapangan usaha real estat, secara berurutan mengalami pertumbuhan yang paling signifikan yaitu sebesar 9,51% dan 8,31%, diikuti jasa lainnya sebesar 7,25%, serta jasa perusahaan sebesar 5,28%."
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan juga mencatat pertumbuhan 4,06%. Diikuti sektor perdagangan besar dan eceran, serta reparasi kendaraan sebesar 3,67%, transportasi dan pergudangan 3,03%. Namun, sektor konstruksi mengalami kontraksi tipis 0,02%.
“Ekonomi Sumbar pada triwulan II/2025 dibandingkan dengan triwulan I/2025 mengalami pertumbuhan sebesar 1,52% qtq,” jelasnya.
Dari sisi pengeluaran, sebagian besar komponen menunjukkan kinerja positif. “Pada triwulan ini hampir seluruh komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan positif. Komponen Impor luar negeri yang merupakan faktor pengurang PDRB tumbuh sebesar 64,39%. Pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) sebesar 20,84%, komponen PMTB sebesar 4,40%, komponen ekspor luar negeri sebesar 3,50%, dan pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi LNPRT (PK-LNPRT) sebesar 0,37%, sebaliknya komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) mengalami kontraksi sebesar 0,15%.”
Struktur PDRB Sumbar masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga. “Struktur PDRB Sumbar menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku triwulan II-2025 tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Perekonomian Sumatera Barat masih didominasi oleh komponen PK-RT yang mencakup lebih dari separuh PDRB Sumatera Barat, yaitu sebesar 51,58%, diikuti oleh komponen PMTB sebesar 27,91%, komponen Ekspor Luar Negeri sebesar 12,12%, komponen PK-P sebesar 8,83%, dan komponen PK-LNPRT sebesar 1,08%. Sementara itu, komponen Impor Luar Negeri sebagai pengurang dalam PDRB memiliki peran sebesar 2,81%,” katanya.