Bisnis.com, PALEMBANG – Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin bakal memfasilitasi sedikitnya lima investor asal Eropa untuk menanamkan modal di bidang perkebunan kelapa sawit berkelanjutan yang menjadi proyek percontohan Indonesia.
Bupati Musi Banyuasin (Muba) Dodi Reza Alex Noerdin meyakini masuknya investasi asing itu akan mendorong perkebunan kelapa sawit di daerahnya menerapkan praktik usaha ramah lingkungan. Kehadiran mereka diharapkan sekaligus dapat membuktikan kepada Uni Eropa bahwa industri kelapa sawit Indonesia tidak seperti yang dituduhkan.
“Sampai sekarang sudah ada lima perusahaan, tapi belum bisa di-disclose. Tahun ini juga akan dimulai dengan fasilitasi Pemkab Muba,” katanya ketika dikonfirmasi Bisnis.com, Rabu (7/6/2017).
Dodi mengatakan investor asing itu masuk melalui peran IDH-The Sustainable Trade Initiative, sebuah konsorsium lembaga swadaya masyarakat, perusahaan, dan pemerintah yang berbasis di Belanda. Meski demikian, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Sumatra Selatan ini belum mengungkapkan berapa nilai investasi mereka.
Direktur IDH Indonesia Fitrian Ardiansyah sebelumnya menyebutkan calon investor asal Eropa tersebut merupakan perusahaan perdagangan dan konsumen minyak kelapa sawit mentah (CPO). Mereka berikrar paling lambat pada 2020 sudah menggunakan produk kelapa sawit yang terlacak dari hulu sampai hilir.
Alhasil, tiap perusahaan harus ikut berinvestasi guna memastikan pemasok CPO di Indonesia menjalankan praktik perkebunan berkelanjutan. Muba akan menjadi proyek percontohan untuk kemudian diterapkan di daerah sentra kelapa sawit lainnya.
Fitrian menjelaskan paling tidak ada dua skema investasi yang bisa dilakukan perusahaan asal Negeri Kincir Angin. Pertama, investor sebagai pembeli CPO mengikat perjanjian dengan kelompok petani dan pabrik kelapa sawit (PKS). Kedua, investor akan membantu pembiayaan peremajaan kebun baik dengan modal langsung maupun subsidi bunga.
“Tergantung nanti yang mana. Kami lagi petakan komponen dan kebutuhan apa untuk perubahan produktivitas, kelembagaan petani, juga aspek lingkungan dan sosial,” ujar Fitrian.
Potensi produksi CPO Muba diperkirakan sebesar 1,8 juta ton per tahun. Namun, hanya sedikit pelaku usaha, khususnya petani, yang menggenggam sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) sebagai syarat masuk ke pasar Uni Eropa. IDH berharap apabila kelak potensi CPO Muba tersertifikasi maka seluruhnya bisa menyuplai 25% kebutuhan Benua Biru.
Tahun lalu, Pemkab Muba mengklaim perkebunan kelapa sawit daerah tersebut seluas 260.000 hektare (ha) dengan rincian 147.000 ha konsesi perusahaan, sedangkan sisanya kebun petani plasma dan mandiri. Daerah ini berkontribusi sebesar 30% untuk perkebunan kelapa sawit di Sumsel yang seluas 900.000 ha.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Sumsel Harry Hartanto mengatakan industri kelapa sawit di Bumi Sriwijaya masih berorientasi di bidang usaha hulu atau perkebunan. Produk minyak sawit mentah asal Sumsel dikirim ke luar Jawa karena keterbatasan infrastruktur.
“Kalau pelabuhan, listrik, jalan mendukung pasti hilirisasi oke,” ujar Harry.