Bisnis.com, MEDAN - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara resmi mendirikan Pusat Kajian Hak Asasi Petani (Puskahap) di kampusnya, Senin (8/5/2017).
Menurut Dekan FISIP USU Muriyanto Amin, fasilitas ini menjadi sarana bagi kalangan akademis di kampusnya melakukan kajian yang serius mengenai persoalan-persoalan yang dialami petani.
"Termasuk menemukan masalah-masalah para petani dan membuat formula untuk menyelesaikannya," kata dia saat peresmian pendirian.
Dijelaskannya, mungkin saja ada satu soal variabel tertentu yang menjadi penyebab dari sebuah masalah konflik agraria maupun persoalan petani khususnya.
Puskahap, lanjut dia, hadir untuk memberikan solusi terhadap masalah petani dan penyelesaiannya dalam bentuk kajian akademik.
Di samping itu, Puskahap juga diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang terkait dengan gerakan petani dan pemberdayaan petani secara berkelanjutan, tidak terputus hanya pada satu generasi.
"Itu yang belum ada di Sumut. Inilah misi penting lain dari berdirinya Puskahap FISIP USU."
Sementara itu, Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution yang hadir dalam peresmian, berharap pendirian Puskahap dapat membantu mencari solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi para petani selama ini.
"Termasuk menyangkut persoalan agraria," ujarnya dalam keterangan resmi.
Pemkot Medan, kata dia, mengapresiasi dan mendukung penuh pendirian institusi ini. Dan selain masalah agraria, Pemkot berharap Puskahap dapat mendukung produksi hasil-hasil pertanian yang lebih berkualitas dan harga yang lebih baik.
Jika kajian-kajian yang menyangkut hak asasi petani maupun masalah agraria berjalan dengan baik, tentunya berdampak dengan membaiknya kualitas mutu dan harga produk pertanian yang dihasilkan."
Mengenai kinerja Puskahap, Akhyar Nasution meminta Puskahap menghasilkan kajian yang implementatif dan aplikatif untuk dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Diakuinya, persoalan yang dihadapi petani saat ini sangat memprihatinkan. Sebagai orang yang pernah menjadi petani, dia meyakini sampai sekarang petani belum menjadi kelompok masyarakat yang sepenuhnya meredeka.
"Bagaimana petani bisa menjadi orang yang merdeka? Sebab mereka dikuasai sistem kartel. Kondisi itu menyebabkan petani hanya menjadi pekerja sekaligus penanggung jawab risiko."
Itu sebabnya, kata dia, sistem kartel menjadi musuh petani, sehingga jika berbicara mengenai petani, adalah berbicara bagaimana bisa membebaskan petani dari kartel.