Bisnis.com, PEKANBARU-- Siapa sangka, usaha toko roti yang awalnya merupakan milik pribadi orang Pekanbaru ini bakal dikenal luas tidak hanya di Riau, tapi bisa menyebarkan manfaat dan inspirasi sampai ke seluruh Indonesia.
Memang jalan awal yang ditempuh Rotte Bakery, adalah niat untuk memberikan dampak sosial kepada lingkungan sekitar usaha itu sendiri.
“Esensi dari usaha Rotte Bakery adalah sosial,” ucap Budi Suhari, Ketua Yayasan Rotte Indonesia Mulya (RIM) kepada tim liputan Jelajah Ekpnomi dan Keuangan Syariah Provinsi Riau, Rabu (20/11/2024).
Usaha ini berawal dari satu outlet kecil di Pekanbaru pada 2016 silam, dan Rotte Bakery kini menjadi salah satu contoh sukses pengelolaan wakaf produktif yang mampu menggerakkan ekonomi umat dan menciptakan dampak sosial yang luas.
Menurutnya memang sejak awal, Rotte Bakery tidak hanya berorientasi pada keuntungan. Model bisnisnya dirancang berdasarkan prinsip keuangan sosial syariah, dengan skema kemitraan wakaf, meski belum ada istilah wakaf yang disematkan.
Setahun kemudian, konsep bisnis sudah dimatangkan dan pihaknya membuka peluang kemitraan kepada investor yang berminat. Untuk satu toko terdiri dari 10 investor, dan model ini ternyata diminati para pemodal dan hasilnya sampai sekarang sudah ada total 40 outlet Rotte Bakery yang tersebar di berbagai kabupaten kota.
Baca Juga
Budi menyebutkan setiap mitra yang bergabung bukan hanya mendapatkan bagi hasil, tetapi juga berkomitmen bahwa aset usaha menjadi milik Allah SWT. “Dalam akad kemitraan, ada pasal yang menyebutkan bahwa aset ini adalah milik Allah. Ini esensi wakaf yang kami jalankan,” jelas Budi.
Setelah lama berjalan, skema yang kemudian dikenal dengan istilah Initial Wakaf Offering ini memungkinkan Rotte untuk berkembang tanpa bergantung pada pembiayaan bank.
Dari laba usaha yang dihasilkan, sebanyak 20% disalurkan untuk sosial, 30% untuk bagi hasil mitra, dan sisanya digunakan untuk reinvestasi dan risk management. Skema ini pula yang telah diakui oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai penerapan fiqh wakaf yang produktif.
Budi mengatakan setelah berkembang sejauh ini, hasil laba usaha dari pengelolaan aset wakaf di Rotte Bakery dialokasikan untuk lima bidang sosial, pertama yaitu Kemanusiaan, berupa pembagian sembako, penanganan COVID-19, hingga layanan ambulans gratis.
Kedua, bidang Kesehatan, berupa bantuan biaya pengobatan dan penyediaan rumah singgah. Ketiga, bidang pemberdayaan ekonomi dengan bantuan modal qardhul hasan (pinjaman tanpa bunga) untuk usaha mikro.
Keempat, bidang pendidikan dengan beasiswa untuk yatim piatu, rumah tahfiz, hingga pesantren modern. Kelima, bidang dakwah, dengan dukungan operasional masjid, tabligh akbar, dan pelatihan keagamaan.
Budi mengakui saat ini Rotte Bakery berada di bawah naungan holding company PT Babada Wasaka Indonesia, dengan visi membangun 114 anak usaha di berbagai sektor.
Menurutnya dengan misi ketaqwaan, produk unggul, dan dampak sosial, Rotte tak hanya menjadi bisnis roti, tetapi juga inspirasi dalam mewujudkan ekonomi berbasis syariah yang berdaya guna bagi umat.
Rotte Bakery disebutnya adalah bukti bahwa wakaf tidak hanya berfungsi sebagai amalan ibadah, tetapi juga mesin penggerak ekonomi dan sosial.
"Kami ingin menjadikan Rotte sebagai inspirasi wakaf produktif di Indonesia, demi kebaikan dunia dan akhirat," ungkap Budi.
Kesuksesan usaha dari pengelolaan aset wakaf ini menjadikan Rotte Bakery sebagai mitra edukasi wakaf sosial syariah oleh Bank Indonesia (BI).
Kepala BI Provinsi Riau Panji Achmad mengapresiasi Rotte Bakery atas keberhasilannya dalam menjalankan bisnis dengan prinsip wakaf produktif. Selain itu, BI kerap mengundang Rotte untuk berbagi inspirasi kepada masyarakat melalui berbagai acara, baik di tingkat lokal Riau maupun nasional.
“Kami sangat mendukung model bisnis seperti Rotte Bakery yang mampu menyelaraskan prinsip ekonomi dan sosial dalam bingkai syariah. Kami berharap inspirasi ini dapat terus ditularkan kepada khalayak luas dalam berbagai kegiatan ekonomi dan keuangan syariah,” pungkasnya.
Adapun program Jelajah Ekonomi dan Keuangan Syariah (EKSyar) Riau 2024 ini didukung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, dan Bank Riau Kepri (BRK) Syariah.