Bisnis.com, PADANG - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat menargetkan pendataan lahan pertanian yang terdampak bencana alam banjir dan longsor di Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Pesisir Selatan, tuntas dalam waktu dekat.
Gubernur Sumbar Mahyeldi mengatakan sesuai arahan dari Menteri Pertanian bahwa untuk tahap awal luas lahan pertanian yang akan dipulihkan mencapai 1.000 hektar.
"Untuk lahan mana saja yang nanti dapat alokasi untuk direhab atau dipulihkan itu, masih kami data, dan segera kami tuntaskan. Karena memang Menteri Pertanian sudah menginstruksikan kepada kami," katanya, Rabu (26/6/2024).
Dia menjelaskan lahan yang akan dilakukan rehab itu merupakan lahan yang terdampak bencana alam banjir dan longsor, dimana kondisi lahan pertanian seperti sawah mengalami gagal panen.
Bahkan ada hamparan persawahan yang dipenuhi material banjir seperti lumpur dan bebatuan, dan kondisi yang demikian yang akan dipulihkan, sehingga kembali layak untuk ditanami padi.
"Sebenarnya selain upaya pemulihan lahan itu, sesuai arahan Mentan juga perlu untuk memastikan irigasi berfungsi dengan baik. Karena peran irigasi sangat penting untuk keberlangsungan pertanian seperti sawah," ujarnya.
Baca Juga
Mahyeldi juga menyatakan bahwa perbaikan irigasi tersebut tidak hanya ketika adanya terdampak bencana alam itu, tapi perbaikan irigasi menjadi fokus dari tahun ke tahun.
"Sekarang menjadi fokus untuk perbaikan irigasi itu, tidak hanya di tahun 2024 ini. Tapi juga untuk tahun 2025, dan tahun seterusnya," tegas gubernur.
Tidak hanya itu, dia menegaskan Pemprov Sumbar juga telah melakukan pertemuan dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas), dan Bapanas juga turut mendorong dan mendukung segera melakukan pemulihan lahan sawah termasuk irigasi, agar produktivitas pertanian di Sumbar tumbuh dengan baik.
"Karena secara nasional memang kami di Sumbar ini ditugaskan untuk meningkatkan produksi pertanian. Paling baik dan cepat berefek kepada pertanian ya irigasi," jelasnya.
Data dari Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar, pada tanggal 7-8 Maret 2024, Sumbar kembali mengalami bencana banjir akibat curah hujan yang sangat tinggi, dan telah menyebabkan sekitar 7.927,34 ha lahan pertanian terdampak.
Lahan pertanian yang terdampak banjir tersebut meluas di Kabupaten Agam, Pasaman, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Kabupaten Solok, Kota Padang, Kota Pariaman, Kota Solok, dan Kota Sawahlunto.
Untuk komoditas pertanian paling terdampak adalah komoditas tanaman pangan dan hortikultura seperti padi, jagung, bawang merah, dan cabe serta sejumlah tanaman sayuran lainnya.
Banyak lahan pertanian yang tergenang oleh luapan air sungai dan sebagian dari itu mengalami gagal panen (puso). Banjir bandang juga merusak sejumlah fasilitas pengairan, baik irigasi primer, sekunder, maupun tersier.
Begitupun untuk kondisi bencana banjir lahar dingin yang terjadi pada 11 Mei 2024 lalu. Bahkan banjir lahar dingin ini juga dibarengi dengan banjir bandang di sejumlah daerah.
Hal tersebut turut menyebabkan sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang terdampak oleh banjir lahar dingin tersebut.
Menurutnya untuk kejadian banjir pada lahan-lahan pertanian lainnya akibat curah hujan tinggi juga terjadi dalam rentang tanggal 11 - 14 Mei 2024 itu, juga turut menyebabkan sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Payakumbuh, Kabupaten Solok Selatan dan Kota Sawahlunto, terdampak oleh banjir tersebut.