Bisnis.com, PADANG - Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumatra Barat menyebutkan produksi jagung mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan hal tersebut disebabkan sejumlah faktor.
Sekretaris Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar Ferdinal Asmin mengatakan penurunan produksi jagung di Sumbar terjadi mengingat cukup banyaknya lahan perkebunan jagung yang juga merupakan lahan sawah.
"Tidak hanya soal alih fungsi lahan saja, dampak dari bencana alam yang terjadi di sejumlah daerah di Sumbar juga turut membuat produksi jagung menurun," katanya, Senin (24/6/2024).
Dia menjelaskan melihat produksi jagung pada tahun 2022 mencapai 844.560 ton, dan pada tahun 2023 turun produksinya menjadi 800.000 ton, dengan luas panen sekitar 123.000 hektare.
Sementara itu pada tahun 2024 ini dinas perkebunan tanaman pangan telah menargetkan produksi sebesar 850.000 ton. Namun melihat kondisi bencana alam yang turut melanda daerah-daerah yang cukup luas perkebunan jagungnya, ada keraguan target produksi bisa tercapai.
"Kendati demikian, kami akan terus berupaya agar produksi pada tahun 2024 ini bisa lebih baik dari 2023. Mengingat kebutuhan jagung di Sumbar lebih dari 1 juta ton, yang artinya meski target tercapai, belum mampu memenuhi kebutuhan di Sumbar," ujarnya.
Baca Juga
Dilemanya lahan jagung di Sumbar ini tidak semuanya ditanam di atas lahan yang benar-benar khusus jadi kawasan perkebunan jagung, tapi juga cukup luas lahan sawah yang kering dijadikan lahan perkebunan jagung.
"Rata-rata sawah tadah hujan yang banyak diisi tanaman jagung. Daripada kosong dan tidur lahannya, petani berinisiatif bertanam jagung," sebutnya.
Menurutnya bila cuaca lagi hujan dan irigasi lagi bagus, maka tanaman jagung mulai ditinggalkan petani dan lebih memilih untuk bertanam padi.
"Hal itu terjadi, karena lahan jagung itu pada umumnya lahan sawah, jadi kembali jadi sawah," kata dia lagi.
Padahal kalau dilihat dari sisi harga, untuk harga jagung juga tengah bagus di Sumbar yakni mencapai Rp5.000 per kilogram, dan jumlah itu naik bila dibandingkan beberapa waktu lalu.
"Melihat harga jagung pada pekan kedua Juni 2024 ini berada di Rp5.000 per kilogram. Harga ini sudah bagus, karena jagung dulu pernah Rp2.500 hingga Rp3.500 per kilogramnya," jelas dia.
Ferdinal merinci untuk kabupaten dan kota di Sumbar yang memiliki lahan jagung itu tersebar di Kabupaten Pesisir Selatan dengan luas panen mencapai 16.881 hektare, Kabupaten Agam 15.845 hektare, Kabupaten Pasaman 18.549 hektare, Kabupaten Pasaman Barat 36.179 hektare, Kabupaten Solok Selatan 12.353 hektare.
Serta untuk daerah lainnya itu termasuk wilayah perkotaan luas panen jagung di bawah 8.000 hektare. Luas panen yang paling kecil itu berada di Mentawai yakni 18,30 hektare, dan Kota Padang Panjang tidak ada petani yang berkebun jagung.
"Jadi di Sumbar ini yang tidak ada lahan jagung cuma di Padang Panjang. Tapi di daerah itu merupakan kawasan pertanian hortikultura yakni sayur-sayuran," ucapnya.
"Untuk varietas jagung yang banyak di Sumbar yakni P32 dan NK22 yang diperuntukan untuk pakan, kalau untuk dikonsumsi itu tidak banyak," sambung dia.