Bisnis.com, PALEMBANG – Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) menyimpan potensi energi baru terbarukan (EBT) yang cukup melimpah yakni mencapai 21.032 Megawatt (MW).
Kasubbid Pariwisata, Industri dan Perdagangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumsel, Marini menerangkan potensi EBT yang dapat dikembangkan di Bumi Sriwijaya terdiri dari beberapa jenis. Di antaranya tenaga air terdapat potensi sebesar 448 MW dan realisasi terpasang mencapai 21,93 MW. Tenaga surya sebesar 17,233 MW dengan kekuatan yang terpasang 3,52 MW.
Kemudian potensi EBT dari panas bumi sebesar 918 MW dan terpasang 146 MW, tenaga angin sebesar 301 MW dengan kapasitas terpasang nol. Serta bioenergi dengan potensi 2.132 MW dan kapasitas terpasang 813,41 MW.
“Total kapasitas yang sudah terpasang sebesar 973,95 MW atau sekitar 4,63%. Dan dari yang sudah terpasang jenis yang paling tinggi dimanfaatkan yaitu bioenergi sekitar 82%, kemudian dari air 2,7%, tenaga surya 0,78% dan panas bumi 14,7%,” jelasnya, Jumat (30/5/2024).
Menurut Marini upaya transisi energi melalui EBT di Sumsel sebenarnya telah dilakukan. Hal itu tercermin dari realisasi bauran energi terbarukan pada tahun 2022 yang mencapai 23,85% atau melebihi target yang ditetapkan untuk tahun 2025 sebesar 21,06% dan 2050 sebesar 22,56%.
Terbaru, pengembangan renewable energy juga dilakukan Pemerintah Sumsel melalui pembangunan proyek PLTSa Kramasan, yang terletak di Kota Palembang dengan potensi energi sekitar 20 MW.
Baca Juga
Di samping itu, transisi energi dengan pemanfaatan EBT berpotensi menurunkan permintaan batubara dari para negara importir. Kondisi itu tentunya menjadi peringatan bagi Sumsel yang pertumbuhan perekonomiannya masih didominasi oleh sektor pertambangan.
“Permintaan batubara baik domestik maupun global tentu akan menurun sejalan dengan komitmen seluruh negara di dunia untuk menuju NZO. Meskipun dilihat dari data saat ini menunjukkan produksi dan permintaan batubara masih dalam tren kenaikan,” ungkapnya.
Analis Teknologi Penyimpanan Energi dan Materi Baterai IESR, His Muhammad Bintang menilai terdapat beberapa strategi yang bisa diadopsi Sumsel dalam menuju transisi energi dan mencapai energi yang sustainable dan berkeadilan.
Pertama, memprioritaskan pengembangan dan pemanfaatan VRE karena menimbang waktu instalasi yang dibutuhkan lebih cepat. Selanjutnya menginisiasi penggunaan PLTS atap, utamanya gedung pemerintah dan komersial, yang sekaligus akan menciptakan ekosistem lokal industri EBT, termasuk penyerapan tenaga kerja.
“Bisa juga dengan mendorong sektor industri terutama migas dan tambang (mineral/ batubara) untuk meningkatkan pemanfaatan EBT dalam operasi maupun melalui program CSR,” kata dia.
Selain itu, Sumsel juga perlu menyiapkan transformasi ekonomi berkelanjutan yang tidak hanya ditopang oleh industri migas dan batubara.
“Mungkin juga bisa dengan meningkatkan demand listrik. Karena kalau permintaan listrik ada kita juga memiliki ruang lebih untuk melakukan penetrasi EBT,” pungkasnya.