Bisnis.com, PALEMBANG — Badan Pusat Statistik melaporkan kondisi ekspor Sumatra Selatan (Sumsel) pada Januari 2025 mengalami penurunan sebesar 18,51% dibanding bulan sebelumnya.
Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto mengatakan ekspor Sumsel pada awal tahun ini tercatat sebesar US$543,43 juta atau lebih rendah dari Desember 2024 yang sebesar US$666,88 juta.
Dia menjelaskan penurunan ekspor secara month to month di Sumsel disebabkan oleh tiga komoditas utama yaitu batubara, bubur kertas dan CPO.
“Apabila dikelompokkan, ekspor non migas Sumsel tercatat US$500,14 juta atau merosot 20,74% mtm, sedangkan migas naik sebesar 20,69% atau menjadi US$43,29 juta,” ujarnya, Senin (3/3/2025).
Sementara jika dilihat dari sektornya, penurunan ekspor Sumsel secara bulanan didorong oleh sektor pertanian, industri dan pertambangan yang masing-masing terkontraksi 2,30%, 15,66%, dan 26,60%.
“Nilai ekspor di sektor pertanian mencapai US$9,76 juta, industri US$266,35 juta, pertambangan US$224,04 juta. Sedangkan pada sektor migas mencapai US$43,29 juta atau naik 20,69%,” jelasnya.
Baca Juga
Wahyu menambahkan untuk perkembangan nilai ekspor komoditas unggulan Sumsel, hanya komoditas kopi yang menunjukkan peningkatan mencapai 100% mtm dengan nilai ekspor sebesar US$0,12 juta.
Adapun untuk nilai ekspor komoditas lain diantaranya batubara US$224,04 juta atau merosot 26,60%, ekspor karet US$121,38 juta atau turun 9,83% dan ekspor pulp dari kayu yang juga turun 25,98% dengan nilai US$92,75%.
Di sisi lain, imbuhnya, kondisi impor Sumsel pada Januari justru meningkat hingga 25,99% dengan nilai US$132,93 juta. Peningkatan ini disebabkan oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis, kemudian mesin dan peralatan elektris, serta impor kayu dan barang dari kayu.
“Struktur impor kita (Sumsel) berdasarkan penggunaan barang terbesar digunakan pada barang modal dengan persentase 51,64%,” kata Wahyu.
Dengan demikian, neraca perdagangan Sumsel pada Januari 2025 tercatat surplus sebesar US$410,50 juta dengan rincian surplus migas US$42,77 juta dan surplus nonmigas US$367,73 juta.