Bisnis.com, PADANG - Pengamat ekonomi dan juga Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Andalas Syafruddin Karimi melihat kesepakatan dagang dan investasi dengan negara-negara BRICS merupakan langkah strategis.
“Sudah tepat langkah pemerintah Indonesia itu, karena memang sudah seharusnya untuk ditempuh demi memperluas pasar, memperkuat posisi tawar, dan mengurangi ketergantungan pada negara-negara maju,” katanya, Jumat (18/7/2025).
Dia menyampaikan dengan menyusun perjanjian yang adil, membangun konektivitas logistik, serta menciptakan iklim investasi yang kompetitif, Indonesia dapat memaksimalkan perannya sebagai anggota aktif BRICS dan sekaligus sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan.
Inisiatif ini bukan hanya soal ekspor dan investasi, kata Syafruddin, tetapi juga mencerminkan komitmen Indonesia dalam membentuk arsitektur ekonomi global yang lebih setara, inklusif, dan berorientasi pada kepentingan nasional jangka panjang.
Menurutnya Agar Amerika Serikat tidak mendominasi pasar domestik Indonesia hanya karena menikmati privilese tarif nol persen, pemerintah perlu segera menawarkan skema zero tariff corridor bersama negara-negara ASEAN, anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), kelompok D-8, BRICS, Afrika, dan bahkan Uni Eropa.
“Pendekatan ini bukan hanya langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada satu kekuatan ekonomi, tetapi juga menjadi fondasi baru bagi perluasan pasar ekspor Indonesia,” sebutnya.
Baca Juga
Melalui integrasi dagang lintas kawasan, Indonesia dapat menjadikan perdagangan internasional sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih adil, beragam, dan berkelanjutan.
Dikatakannya langkah tersebut akan memperkuat kedaulatan ekonomi sekaligus memperluas jejaring kemitraan yang berbasis kesetaraan dan kepentingan bersama.