Bisnis.com, PEKANBARU -- Bila dunia pendidikan pesantren kerap diidentikkan dengan ketergantungan terhadap donatur, tidak demikian kondisinya dengan Pondok Pesantren Jabal Nur di Simpang Belutu Kandis, Kecamatan Kandis Kabupaten Siak ini.
Pimpinan Ponpes Jabal Nur, Robithoh Alamhadi Faisal menyebutkan pesantren itu didirikan ayahnya pada 2003 silam, dan mulai menerima santri pertama kalinya pada 2004.
"Ayah kami almarhum KH Muhammad Ali Muchsin yang telah meninggal di 2018, niat awalnya mendirikan pesantren ini sebagai ladang dakwahnya dan menyebarkan ilmu, sejak pertama kali datang ke Desa Belutu pada 1980 lewat program Tenaga Kerja Sukarela (TKS)," ungkapnya, Kamis (30/11/2023).
Dia menyebut sebagai perantau dari Malang, Jawa Timur, KH M. Ali Muchsin ingin membangun daerah Belutu menjadi lebih berkembang, dimana daerah itu merupakan wilayah yang ditinggali suku asli Riau yaitu Sakai.
Lewat upaya dakwah dan pendidikan yang berkelanjutan, akhirnya pesantren tersebut kini terus maju dan berkembang hingga kini telah memiliki sekitar 900 santri, yang berasal dari berbagai daerah di Tanah Air.
Gus Bitoh Alfais, sapaan akrabnya, mengakui kini anak dan keluarga KH Ali Muchsin telah melanjutkan pengelolaan ponpes tersebut menjadi pesantren mandiri.
Baca Juga
Hal ini mulai diperhatikan pihaknya, saat jumlah santri sudah mencapai angka 500 orang, dan muncul permintaan berbagai jenis barang dan jasa harian yang diperlukan santri, seperti jasa cucian atau laundry serta supermarket untuk kebutuhan barang harian.
Pada 2018, Ponpes Jabal Nur mulai berkenalan dengan Bank Indonesia karena tergabung dalam Forum Komunikasi Pondok Pesantren Provinsi Riau (FKPP), dan ikut berbagai kegiatan seperti Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) yang rutin digelar tiap tahun oleh bank sentral.
Dari perkenalan itulah pihaknya mendapatkan bantuan program usaha air minum galon, yang menjadi pendorong lahirnya berbagai unit usaha lain sehingga kini ada total 13 unit usaha di Ponpes Jabal Nur.
"Diawali dari beberapa unit usaha itu kami terus bersemangat dan bertekad mengembangkan usaha agar menjadi pesantren mandiri. Termasuk dengan bantuan program air minum isi ulang dari BI, kini kami punya total 13 unit usaha," ungkapnya.
Diantaranya yaitu JN Laundry, JN Depot, JN Mart, JN Kuliner, JN Barbershop, JN Bookshop, JN Farm, JN Wedding Organizer, JN Guest House, JN Studio, JN MUA dan beberapa lainnya yang terus dikembangkan.
Gus Bitoh menyebut usaha itu melayani internal dan eksternal. Maksudnya tidak hanya memberikan dan menawarkan jasa kepada para santri, tetapi kini juga bersaing dengan pebisnis lainnya di wilayah Kandis karena usahanya juga berada di luar pesantren.
Langkah ini menurutnya merupakan strategi yang harus dijalankan, karena hanya dengan upaya itulah unit usaha pesantren akan terus tumbuh dengan menyasar masyarakat yang lebih luas.
Pemahaman ini didapatkan pihaknya sebagai pengelola, berkat berbagai program pelatihan yang diberikan Bank Indonesia kepada para ustaz dan pengelola unit usaha tersebut.
"Saat ini saja ada perwakilan ponpes kami sedang pelatihan pengelolaan keuangan pesantren di BI pusat di Jakarta. Harapannya tentu dengan pelatihan itu semakin banyak SDM kami yang berkualitas dan mampu mengelola pesantren secara profesional, hingga semakin mandiri di masa mendatang," ungkapnya.
Di sisi penghasilan atau omset, tercatat sekitar Rp500 jutaan bisa diraih oleh Ponpes Jabal Nur hanya dari pengelolaan unit usaha saja. Angka ini diyakini terus naik sebesar 20% setiap tahunnya berkat pengelolaan yang cermat dan strategis dalam pengembangan usahanya.
Sementara itu, Ponpes Jabal Nur juga telah meraih sejumlah prestasi, diantaranya yang terkait kemandirian pesantren adalah Juara 1 Pesantren Unggulan Regional Sumatera, pada Festival Ekonomi Syariah 2021 yang dilaksanakan di Riau.
Gus Bitoh berharap pendampingan dan pelatihan dari BI kepada pihaknya dapat terus dilanjutkan, sehingga harapan semua pihak akan kemandirian pesantren serta tentunya mewujudkan ekonomi syariah yang lebih kuat di masa depat dapat diwujudkan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau Muhamad Nur menjelaskan pembinaan dan dukungan bank sentral kepada pesantren merupakan Program Kemandirian Ekonomi Pesantren yang telah berjalan sejak 2017 silam.
"Tentunya BI melakukan sosialisasi kepada semua ponpes melalui FKPP Riau, dari upaya inilah anggota dan pengurus pesantren Jabal Nur mendapatkan info tersebut dan mengundang BI datang," ungkapnya.
Diakui pihaknya memang dari 400 ponpes yang ada di Riau, tidak semuanya dapat diakomodir dalam program pengembangan dan pembinaan, karena itulah BI menggandeng organisasi forum pesantren dan kini sudah ada sekitar 25 pesantren yang menjadi binaan dan mendapatkan program Bank Indonesia.
Dia menyebutkan misalnya di Bengkalis, bantuan yang diberikan tidak berupa barang atau pun alat, namun berupa pelatihan dan pengembangan SDM sehingga unit usahanya telah maju pesat.
BI terus mengupayakan setiap pesantren memiliki keunggulan masing-masing, sehingga antar pesantren bisa saling mendukung dan membentuk jaringan yang saling menguatkan.
"Misalnya program one pesantren one product, ini bisa membuat jaringan bisnis antar pesantren terbentuk atau kata lainnya pesantren holding, sehingga dari wadah ini semua pesantren akan terlibat dan semakin mandiri kedepannya," pungkasnya.