Bisnis.com, PEKANBARU—Hasil produksi yang melimpah apabila tidak dikelola dengan tepat, hanya merugikan produsen karena harga jual di pasar juga rendah. Kondisi inilah yang dirasakan ratusan kelompok tani penghasil madu hutan di Kampar, Riau pada awal 2000 silam.
Lenny Listriyani, bersama sang suaminya Purnomo kemudian membantu para kelompok tani itu, dan hingga kini telah berhasil membangun usaha madu hutan asli berkualitas dan menembus pasar nasional hingga luar negeri.
Perkenalan Lenny dengan bisnis madu itu bermula saat suaminya yang bekerja sebagai peneliti Litbang di Dinas Kehutanan Riau, rajin bertemu dengan kelompok tani usaha madu hutan. Hasil panen madu hutan yang berlimpah, tidak seimbang dengan permintaan pasar yang ada, akibatnya produk madu hasil panen menumpuk di gudang dan harga jualnya sangat rendah.
"Waktu itu hasil panen madu hutan dari ratusan kelompok melimpah, bahkan bisa sampai 260 ton. Namun mereka kesulitan dalam pemasarannya. Dari situ saya bersama suami mulai mencoba membantu untuk menjual ke relasi-relasi," ujarnya, Selasa (28/11/2023).
Seiring berjalannya waktu Lenny dan suami semakin sibuk. Orderan madu hutan terus berdatangan. Itu tak terlepas dari Lenny yang menjaga kemurnian madu, dengan tidak mengambil untung dengan cara mengoplos madu.
Usaha Lenny ini kemudian didukung Dinas Perindustrian Perdagangan Kabupaten Kampar, juga Pemerintah Provinsi Riau. Usaha madu milik Lenny yang berlokasi di Kuok, Kampar itu diberi nama Wilbi yang berasal dari kata wild bee yang berarti lebah liar. Tidak hanya itu pada 2017 Madu Wilbi juga sudah berbadan hukum CV.
Baca Juga
"Kita juga bermitra dengan dinas-dinas untuk melakukan pembinaan bahkan menyediakan koloni lebah untuk dibagikan ke masyarakat agar budidaya lebah di pinggir hutan. Jadi tidak perlu sampai merambah hutan," tuturnya.
Bukan itu saja, Wilbi juga meningkatkan mutu dan kualitas madu kemasan. Dengan menggunakan mesin guna mengurangi kadar air dalam madu. Dia menyebut Madu Wilbi kadar airnya diturunkan menjadi 18-22% sesuai standar BPOM dan SNI. Kemudian pihaknya membuat madu formula dari madu asli ditambah dengan hasil lebah lainnya, yaitu propolis, royal jelly, dan bee pollen sehingga didapatkan produk madu yang lebih unggul kwalitasnya, serta menjadi nilai tambah dan siap jual ekspor.
Berkat inovasi yang dilakukan, selain mutu yang bagus, kini Wilbi memiliki 30 varian. Diantaranya madu herbal lima varian, madu formula enam, dan sabun madu lima. Termasuk juga menyajikan botol premium dan saset untuk memudahkan konsumen untuk konsumsinya.
Wilbi merupakan produk madu hutan pertama di Indonesia yang bersertifikat SNI. Merek ini sudah terdaftar HAKI di Kemenkum HAM juga bersertifikat halal MUI dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama.
Pencapaian Madu Wilbi ini tak terlepas dari dukungan Bank Indonesia (BI). Sejak bertemu pada 2017, Madu Wilbi yang menjadi mitra binaan BI mengalami pertumbuhan bisnis. Dengan tujuh karyawan, dibantu reseller, Madu Wilbi juga memiliki distributor di Pulau Jawa. Termasuk dengan menjalankan penjualan online atau daring.
"Itu semua berkat pendampingan dari BI, yang selalu mengikut sertakan kami dalam pelatihan, pameran, dan event-event lainnya. Ada peningkatan omzet 10-20%. BI juga memfasilitasi business matching dan business coaching, sehingga kami bisa memperluas akses pasar UMKM, memiliki akses dengan lembaga keuangan, marketplace, dan agregator (importir luar negeri)," sambungnya.
Hanya saja saat ini Madu Wilbi tengah mencoba merambah pasar ekspor. Dirinya yakin dengan kemampuan produksi Rumah Madu Wilbi saat ini. Rata-rata saat ini pihaknya memproduksi 500 sampai 1.000 botol atau sesuai kebutuhan atau hanya 10% saja. Sedangkan kapasitas produksi sebenarnya bisa mencapai 10.000 botol madu berbagai varian.
Memang diakuinya saat ini kendala yang dihadapi adalah mencari pasar. Pihanya membutuhkan kerjasama dengan pihak lain, agar bisa memaksimalkan menjual Madu Wilbi ke luar negeri. Lenny berharap BI bisa terus bekerja sama dengan Madu Wilbi. Apalagi dengan produksi hingga puluhan ribu botol madu, dia berharap BI bisa menjembatani untuk dicarikan buyer di luar negeri. Mengingat selama ini madu dari Indonesia kebanyakan dijual secara curah, sehingga harganya murah. Dengan Madu Wilbi premium bisa menembus internasional juga menjadi kebanggaan masyarakat di Bumi Lancang Kuning.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau Muhamad Nur menyatakan bahwa BI mendorong UMKM untuk meraih perluasan pasar seperti UMKM madu Wilbi melalui berbagai strategi, termasuk pemanfaatan digital guna mencapai pangsa pasar yang luas.
Selain itu, BI juga mendukung pertumbuhan UMKM dengan memberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk, perbaikan kemasan, dan peningkatan kuantitas guna menjaga stabilitas pasar. “Walaupun semua itu dilakukan secara bertahap,” katanya.
Nur menekankan pentingnya menerapkan strategi ini secara bertahap. Terkait ketersediaan pasar, Nur menyoroti bahwa tidak hanya kualitas produk dan kemasan yang berperan, melainkan juga sentuhan kreativitas dan inovasi yang dapat menarik minat pembeli.
Dengan komitmen tersebut, BI terus memberikan dorongan kepada UMKM, bukan hanya untuk kelangsungan usaha, tetapi juga agar mereka dapat berkembang dan diterima di pasar-pasar baru.
“Kami akan terus memberikan dorongan-dorongan kepada UMKM, tak hanya untuk keberlangsungan usaha, tapi juga bagaimana usaha mereka terus berkembang dan mampu di terima di pasar-pasar baru,” pungkasnya.