Bisnis.com, PEKANBARU — Siapa sangka keripik singkong dengan rasa pedas dan gurih yang biasanya hanya dinikmati warga Pekanbaru saja, kini mampu menembus pasar internasional seperti Filipina sampai Amerika Serikat. Capaian ini mampu diraih keripik Emak CW melalui pemanfaatan digitalisasi, yakni pemanfaatan e-commerce untuk menembus pasar global.
Pemilik usaha keripik Emak CW, Indiana Sunita menguraikan bahwa keberhasilan usahanya itu bukan hanya tentang modal besar sebagai pijakan awal, namun semangat dirinya dalam mengembangkan produk dan mampu beradaptasi dalam menghadapi berbagai tantangan pasar yang dijumpainya.
Tahun 2017 silam, Indi, panggilan akrabnya, memiliki niat memulai usaha dan perhatiannya tertuju kepada pengolahan produk berbahan ubi atau singkong, mengingat daerah Kulim, Tenayan Raya Kota Pekanbaru yang terkenal dengan banyaknya petani ubi dalam skala besar.
"Waktu itu saya melihat produksi ubi kayu dari daerah Kulim yang besar potensinya. Selama ini ubi kayu tersebut hanya dijadikan camilan biasa. Lalu saya mencoba berinovasi untuk membuat produk yang bernilai ekonomi tinggi, gurih dan renyah serta bisa dimakan siapa saja," ujarnya Kamis (26/11/2023).
Meski modalnya terbatas, Indi tetap yakin menjadikan rumahnya di Gang Angrela, Jalan Pesantren, Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru, yang merupakan sebuah gang yang sempit dan buntu sebagai dapur produksi. Keputusan ini diambil karena biaya menyewa ruko untuk berjualan akan menambah beban, terutama karena dia baru saja memulai usaha.
Dengan bekal bahan baku puluhan kilogram ubi kayu, dia memulai usaha keripik renyah tanpa minyak itu bersama adiknya. Meskipun merasakan keripik itu sudah enak, Indi tidak langsung merasa puas dan terus berusaha meningkatkan kualitas produk. Dia mulai menawarkan keripik yang sudah jadi ke teman-teman terdekat. Setiap saran dan kritik diterimanya sampai ketemu rasa yang pas, karena memang keripik Emak CW ini rasa khasnya dari bumbu yang diracik sendiri.
Selain rasa original, keripik Emak CW menambah varian yaitu rasa pedas. Untuk pemasaran diawal usaha, Indi membawa produknya saat kegiatan Car Free Day (CFD) Pekanbaru di setiap hari minggu. Pada awalnya, sempat ada yang menolak mencicipi keripik Emak CW, namun dia tidak menyerah. Setelah setahun berjualan di CFD, Emak CW sudah berhasil membuka toko di Jalan HR Soebrantas.
Seiring perkembangan teknologi digital dan media sosial, Emak CW semakin mudah memasarkan keripik dari gang sempit yang tidak hanya dikirim ke berbagai wilayah di Indonesia, tetapi sudah ke seluruh dunia. Indi menyebut penjualan onlinenya dimulai dari akun facebook, kemudian merambah ke media sosial lainnya seperti Instagram, TikTok, serta hampir semua marketplace yang ada di Tanah Air. Hasil upaya itu disebut sangat efektif dan kini sekitar 70 persen penjualan brand asal Pekanbaru ini berasal dari pasar online.
Dia menyebutkan melalui akses pasar digital itu, keripik Emak CW sudah berhasil menembus pasar internasional, dan sudah pernah mengirimkan keripik pedas gurih itu ke sejumlah negara seperti Australia, Filipina, Malaysia, hingga pernah ke negara bagian Texas Amerika Serikat.
"Penjualan kami ada yang offline langsung datang ke toko dan reseller itu sekitar 30 persen. 70 persennya berasal dari online, baik yang lewat medsos dan marketplace. Ini sedikit terjadi perubahan sejak pandemi karena awalnya kami bergantung kepada reseller sekitar 60 persen, tapi sekarang memang mayoritas penjualan kami online,” ungkapnya.
Indi mengakui pencapaian ini tidak terlepas dari dukungan Bank Indonesia (BI). Emak CW berkenalan dengan BI pada 2019 lalu. Setelah bermitra, pihaknya banyak mengikuti pelatihan-pelatihan, juga diberikan strategi dalam meningkatkan omzet. Hasilnya, Emak CW saat ini sudah punya 19 varian rasa keripik, mulai dari original, rempah gurih, pedas sedang, pedas sangat, hingga pedas manis, opak jengkol, chocobi atau keripik ubi dengan coklat premium, kerupuk kulit ikan patin, sanjai, dan sebagainya.
Keunggulan keripiknya itu disebut karena menggunakan cabai segar, tanpa bahan pengawet, sehingga produk camilan yang dihasilkan lebih enak. Kini untuk memenuhi permintaan pasar, bahan baku ubi atau singkong yang dibutuhkan mencapai 250 kg per hari untuk membuat ratusan bungkus keripik, bahkan saat Ramadan bisa menghabiskan sampai 500 kg ubi dalam sehari.
Banyaknya varian keripik dan tingginya permintaan itu berbanding lurus dengan bertambahnya omzet yang diraih. Indi menyebut setiap tahun bisa meningkatkan penjualan sebesar 30 persen, dari permintaan pasar offline dan tentunya dari pasar online.
Kini usaha itu sudah memiliki sebanyak 20 karyawan tetap di dua toko. Indi berharap dukungan BI terus mengalir, memberikan bimbingan yang diperlukan pihaknya, termasuk optimalisasi pasar digital dan media sosial sehingga dapat membantu Emak CW meraih puncak kesuksesan dari usaha skala mikro, kecil, hingga menengah dan akhirnya menjadi usaha besar.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Muhamad Nur menyebutkan sejak awal BI menyoroti tentang pentingnya UMKM menangkap segala peluang. Salah satu kunci keberhasilan itu, adalah UMKM mampu mengembangkan pemasaran ke segmen yang lebih luas.
“Dalam mendukung pertumbuhan pemasaran UMKM, pelatihan menjadi hal yang utama. Pelatihan yang menyeluruh dan terfokus membekali pelaku UMKM dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola dan memperluas pemasaran produk. Ini tidak hanya mencakup aspek teknis produksi tetapi juga strategi pemasaran yang efektif,” ujarnya.
Selain itu, dia menambahkan, diversifikasi pemasaran juga penting untuk dilakukan. UMKM perlu memahami pasar tidak hanya terbatas lokal Riau saja. Dengan memanfaatkan teknologi digital dan konektivitas modern, produk UMKM dapat dijual secara daring, dan menjadi peluang baru untuk menggarap pasar yang lebih luas.
Selain itu, Nur juga menegaskan penguatan pemasaran UMKM juga memerlukan kolaborasi yang kuat antara pelaku usaha dengan berbagai pihak. Kemitraan ini dapat mencakup penyediaan bimbingan, dukungan finansial, dan akses ke jaringan distribusi yang lebih luas.
Sementara itu, pemanfaatan platform digital merupakan langkah proaktif untuk mencapai tujuan pemasaran yang lebih besar. UMKM dapat memanfaatkan media sosial serta berbagai platform e-commerce untuk memasarkan produk kepada customer yang lebih banyak, bahkan di tingkat nasional atau internasional.
“Selain itu, keberhasilan ini tidak tidak hanya terletak pada implementasinya, tetapi juga pada kemampuan untuk melakukan evaluasi secara berkelanjutan. BI turut serta membantu dan memberikan masukan, terutama dalam hal meningkatkan kualitas produk,” pungkasnya.