Bisnis.com, PADANG - Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Teluk Bayur, Padang, Sumatra Barat, menyebutkan situasi penerimaan bea dan cukai hingga Januari-September 2023 belum menunjukkan kinerja yang positif.
Kepala Kantor Bea Cukai Teluk Bayur Indra Sucahyo mengatakan ada sejumlah persoalan yang menyebabkan belum maksimalnya penerimaan bea dan cukai di Sumbar, salah satunya soal tingginya biaya ekspor di Pelabuhan Teluk Bayur.
"Kita menemukan adanya alasan pelaku usaha memilih mengekspor barang melalui pelabuhan di daerah lainnya, jadi bukan melalui Pelabuhan Teluk Bayur. Soal biaya ekspor yang mereka anggap mahal," katanya, Jumat (3/11/2023).
Dia menyebutkan persoalan yang terjadi itu, KPPBC Teluk Bayur tidak bisa memaksa agar pelaku usaha tetap mengirim barang untuk ekspor melalui Pelabuhan Teluk Bayur.
Namun kendati adanya barang dari Sumbar yang diekspor melalui pelabuhan di daerah lain, KPPBC meminta agar pihak pelaku usaha disaat mengisi berkas-berkas, tetap menuliskan bahwa barang yang dikirim berasal dari Sumbar.
"Yang terjadi sekarang, sepertinya pelaku usahanya tidak mau menuliskan bahwa barang yang diekspor itu berasal dari Sumbar. Padahal jika disebutkan di sana, kita KPPBC Teluk Bayur bisa mencatatnya, sehingga masuk laporan ke kami," ujarnya.
Baca Juga
Indra mengatakan persoalan tersebut menjadi penyebab tidak maksimalnya penerimaan bea dan cukai di Sumbar. Bahkan kondisi itu telah disampaikan ke Kanwil DJPb Sumbar, dan juga telah ada respons terkait hal tersebut.
"Kanwil DJPb Sumbar bilang akan mengambil kebijakan soal kondisi yang terjadi itu. Jadi meski barang dari Sumbar di ekspor di daerah lainnya, laporannya tetap merupakan barang daerah Sumbar," tegasnya.
Dia menjelaskan melihat pada penerimaan bea dan cukai terhitung 1 Januari-30 September 2023 jumlah mencapai Rp495,44 miliar lebih atau 57,42% dari target tahun 2023 atau tumbuh -83,23% (yoy).
"Melihat dari kinerja tahun lalu, seharusnya posisi September 2023 itu penerimaan Bea dan Cukai Teluk Bayur sudah 75%. Tapi nyatanya baru 57,42%," katanya.
Indra merinci untuk penerimaan Bea Masuk (BM) hingga September 2023 itu, KPPBC mencatat sebesar mencapai Rp22,5 miliar lebih atau 244,22% dari target tahun 2023 atau tumbuh 189,71% (yoy).
Penerimaan cukai sebesar Rp137,7 juta lebih dengan tidak ada target tahun 2023. Sedangkan pada tahun 2023 terdapat realisasi penerimaan cukai sebesar Rp 23.456.000 selama September 2023 saja.
Selain itu, penerimaan Bea Keluar (BK) mencapai Rp472,7 miliar atau 55,38% dari target tahun 2023 atau tumbuh -83,95% (yoy).
Indra menjelaskan melihat kondisi kinerja pada tahun-tahun sebelumnya, capaian selalu di atas target. Namun semenjak adanya pandemi Covid-19, kondisi penerimaan bea dan cukai turut terdampak, dan bahkan sampai sekarang masih merasakan dampaknya.
Kondisi Ekspor Impor
Terpisah, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor dan impor asal Provinsi Sumatra Barat mengalami penurunan pada September 2023.
Kepala BPS Sumbar Sugeng Arianto mengatakan mulai dari nilai ekspor sebesar US$185,95 juta atau turun sebesar 16,69% dibandingkan dengan ekspor Agustus 2023 yang sebesar US$223,21 juta.
"Ekspor asal Sumbar September 2023 ini mengalami penurunan sebesar 5,22% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya," kata dia.
Dia menjelaskan ekspor asal Sumbar pada September 2023 terjadi pada beberapa golongan barang, nilai terbesar adalah golongan lemak & minyak hewan/nabati (HS 15) sebesar US$157,54 juta, diikuti golongan berbagai produk kimia (HS 38)) sebesar US$4,88 juta. Serta ada golongan bahan-bahan nabati (HS 14) sebesar US$4,83 juta.
Bila dilihat peranan golongan barang terhadap total ekspor Januari-September 2023 tercatat 80,23% merupakan ekspor dari golongan lemak dan minyak hewan/nabati, dan golongan karet dan barang dari karet memberikan peran sebesar 3,40%.
"Pada September 2023, komoditas yang paling banyak diekspor pada golongan lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15)," ujarnya.
Terdapat liquid fractions of palm oil, refined oil, but not chemically modified, with iodine value 55 or more, but less than 60 (US$84,56 juta), crude palm oil (US$34,06 juta), dan refined palm oil (US$23,27 juta).
Selanjutnya pada golongan berbagai produk kimia (HS 38) komoditas yang diekspor adalah industrial monocarboxylic fatty acids, other than acid oils from refining, palm fatty acid distillate sebesar US$4,88 juta.
Sugeng menyampaikan ekspor asal Sumbar pada September 2023 dikirim ke beberapa negara tujuan. Dimana untuk nilai ekspor terbesar pada September 2023 adalah ke India sebesar US$51,89 juta, dan selanjutnya ke Pakistan sebesar US$42,00 juta.
Dikatakannya ekspor asal Sumbar ke India memiliki peran yang terbesar terhadap total ekspor Sumbar pada Januari-September 2023, yaitu sebesar 30,97%.
Selanjutnya ekspor ke Pakistan memberikan peran sebesar 28,08% dan ekspor ke Bangladesh memberikan peran sebesar 11,03%.
"Komoditas utama yang diekspor ke India pada September 2023 adalah CPO. Sementara itu ke Pakistan komoditas utama yang diekspor pada bulan ini adalah refined palm oil," ungkapnya.
Tidak hanya itu, Sugeng menyatakan ekspor produk industri pengolahan mengalami penurunan sebesar 17,30% dibandingkan bulan sebelumnya. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap total ekspor Sumbar periode Januari-September 2023 sebesar 94,97%.
Menurutnya ekspor senilai US$185,95 juta pada September 2023 sebagian besar dimuat di pelabuhan muat yang ada di Sumbar.
"Ekspor asal Sumbar melalui pelabuhan muat di Sumbar ini mengalami penurunan sebesar 16,91% dibanding bulan sebelumnya," tutup Sugeng.
Begitupun soal impor, BPS mencatat kondisi impor ke Sumbar mengalami penurunan selama September 2023. Sugeng mengatakan nilai impor selama September 2023% US$18,54 juta, mengalami penurunan sebesar 48,33 persen dibandingkan dengan impor Agustus 2023 yang tercatat senilai US$35,89 juta.
"Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya nilai impor pada September 2023 turun 51,19%," sebutnya.
Dia menjelaskan penurunan impor tersebut dapat dilihat dari beberapa golongan barang, dimana impor pada September 2023 yang terbesar adalah golongan bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$10,10 juta.
Golongan bahan bakar mineral (HS 27) yang diimpor adalah golongan Motor spirit, unleaded, of RON 90 and above but below RON 97, unblended.
"Impor bahan bakar mineral ini memang mendominasi impor Sumbar pada Januari- September 2023, yaitu 71,92%," ujarnya.
Sugeng menjelaskan dari total impor pada September 2023 terlihat impor terbesar berasal dari Singapura senilai US$10,18 juta.Impor dari Singapura ini didominasi oleh golongan bahan bakar mineral (HS 27), yaitu Motor spirit, unleaded, of RON 90 and above but below RON 97, unblended.
Secara kumulatif, impor Sumbar pada Januari-September 2023 didominasi asal Singapura, yaitu 51,79% dari total impor.
"Terlihat impor pada September 2023 senilai US$18,54 juta, sebagian besar merupakan golongan bahan baku/penolong," ucap dia.
Menurutnya impor golongan bahan baku/penolong ini mengalami penurunan sebesar 39,29% dibanding dengan bulan sebelumnya.
Selain itu, terlihat impor pada September 2023 senilai US$18,54 juta sebagian besar melalui pelabuhan bongkar Teluk Bayur. Dikatakannya impor melalui pelabuhan bongkar Teluk Bayur ini mengalami penurunan 48,33% dibanding bulan sebelumnya.