Bisnis.com, PADANG - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatra Barat menyatakan bahwa usulan untuk pembangunan feeder tol Solok Selatan-Dharmasraya-Rengat telah mendapatkan dukungan dari Kementerian PUPR.
Kepala Bappeda Sumbar Medi Iswandi mengatakan sebelumnya pembangunan feeder tol itu telah dirancang oleh Pemerintah Kabupaten Dharmasraya. Namun setelah dikaji kembali, feeder tol itu perlu memasukkan Kabupaten Solok Selatan.
"Jadi di Sumbar pembangunan feeder tol Padang-Sicincin, dan satu lagi feeder tol yg juga mendapat dukungan dari Kementerian PUPR yaitu Rengat, Dharmasraya sampai ke Solok Selatan yang sudah disampaikan usulan kepada pak menteri oleh pak gubernur," katanya, Rabu (19/10/2022).
Medi menjelaskan perlunya pembangunan feeder tol Solok Selatan-Rengat itu, karena adanya potensi ekonomi yang besar di daerah tersebut.
Menurutnya setiap daerah memiliki potensi berbeda-beda. Baik itu sumberdaya alam maupun potensi lainnya. Kebutuhan manusia untuk memenuhi kehidupannya juga selalu berubah.
"Makanya transportasi sangat penting bagi kita karena belum tentu semua kebutuhan itu terdapat dalam satu daerah saja. Faktor ini mempengaruhi manusia dan barang untuk pindah dari satu tempat ke tempat lain," ujarnya.
Medi menjelaskan dalam kerangka makro-ekonomi, sarana transportasi terutama jalan-jembatan merupakan tulang punggung perekonomian. Baik regional maupun lokal di perkotaan maupun pedesaan.
Apalagi transportasi memiliki sifat sistem jaringan. Kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi integrasi dan keterpaduan jaringan jalan.
Untuk itu, sarana transportasi memegang peranan vital dalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara satu daerah dengan daerah lain.
"Distribusi barang, manusia, dan lain-lain akan menjadi lebih mudah dan cepat bila sarana transportasi yang ada berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga dapat menjadi salah satu sarana mengintegrasikan berbagai wilayah," sebutnya.
Begitu juga untuk pembangunan Jalan Tol Padang-Pekanbaru yang merupakan salah satu feeder dari jaringan terintegrasi Tol Sumatera akan meningkatkan pertumbuhan industrialisasi di berbagai sektor.
Meningkatnya pertumbuhan industrialisasi karena lancarnya arus orang dan barang tentu akan meningkatkan transaksi ekonomi yang berujung pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumbar.
Dalam hal ekonomi, keberadaan jalan Tol Padang-Pekanbaru akan meningkatkan pula beberapa hal. Pertama, di masa pembangunan. "Kita pakai ilustrasi buletin Khazanah Nasional (2006) saat pembangunan Jalan Tol Cipularang, sepanjang 58 km yang menelan biaya sekitar Rp1,6 triliun dan 100% dikerjakan tenaga lokal," ungjapnya.
Proyek pembangunan ini melibatkan sekitar 50.000 tenaga kerja. Selain menyerap tenaga kerja yang banyak, pembangunan Jalan Tol Cipularang juga meningkatkan nilai konsumsi melalui penggunaan sekitar 500.000 ton semen, 25.000 ton besi beton, 1,5 juta m3 agregat, dan 500.000 m3 pasir.
"Kita dapat bayangkan, pembangunan jalan Tol Padang-Pekanbaru dengan skala lebih besar, dalam masa pembangunannya saja sudah memberi gambaran dampak ekonomi sangat besar," tegasnya.
Kedua, setelah pembangunan selesai. Arus barang lebih lancar. Maka, bahan baku (pertanian, perkebunan, hasil industri dan tambang) dan lain-lain yang diangkut dari lokasi eksploitasi meningkat. Hasil produksi yang diangkut ke konsumen juga meningkat dan ini tentu akan meningkatkan transaksi ekonomi.
Ketiga, perluasan wilayah produksi sumber bahan baku dan wilayah pemasaran hasil produksi karena akses lebih mudah dan murah juga akan akan meningkatkan transaksi ekonomi.
Keempat, sarana transportasi yang lancar akan meningkatkan mobilitas orang dan barang. Tentu saja meningkatkan berbagai sektor, seperti pariwisata, perdagangan, pertanian, pertambangan, jasa dan sektor lainnya.
Kelima, Pelabuhan Teluk Bayur yang berada di Pantai Barat Sumatra dan berhadapan langsung dengan India, Jazirah Arab dan Afrika yang saat ini sedang berkembang ekonominya dan membutuhkan bahan pertanian, perkebunan dan pertambangan dari Indonesia akan berkembang menjadi Pelabuhan Besar.
Karena hasil bumi (pertanian, perkebunan, pertambangan dan industri lainnya) yang berada di wilayah timur Sumatra, lebih mudah diekspor melalui Pelabuhan Teluk Bayur yang berada di pantai barat, dibandingkan pelabuhan di bagian timur yang harus melewati Selat Melaka atau Selat Sunda terlebih dahulu.
Keenam, meningkatnya arus barang tentunya akan meningkatkan secara signifikan volume ekspor. Akhirnya, berujung pada penambahan devisa negara, dan khususnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumbar.
"Poin-poin di atas akan membuat daya saing Provinsi Sumbar meningkat, investasi semakin menarik dan membuka lapangan kerja lebih banyak bagi masyarakat," tegas.
Medi menyebutkan jika Tol Padang-Pekanbaru yang merupakan jaringan tol terintegrasi dengan Tol Sumatra ini semakin lama terhalang pengerjaannya, maka Sumbar seperti berada di sebuah pulau terpencil tanpa akses ke jalur transportasi utama. "Tentunya akan mengakibatkan kita tertinggal jauh dari provinsi-provinsi lain di Sumatra," ucap dia.
Bicara Tol Padang-Pekanbaru di wilayah Sumbar, untuk progres seksi I Padang-Sicincin sudah mencapai 81 persen. Sementara untuk Solok Selatan-Rengat yang awalnya diusulkan oleh Bupati Dharmasraya.
Sebelumnya, Gubernur Mahyeldi mengatakan feeder tol Solok Selatan-Rengat awalnya diusulkan oleh Bupati Dharmasraya. Usulan awal itu adalah Tol Dharmasraya-Rengat. Namun karena potensi ekonomi yang luar biasa, maka dalam pertemuan dengan Mentri PUPR diputuskan pembangunan tol dari Solok Selatan-Rengat.
"Pada pertemuan sebelumnya Mentri sudah berjanji untuk memasukkan rencana itu dalam RPJMN 2024-2029," tegasnya.