Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Jepang Jajaki Pembangkit Bio Energi di Mentawai

Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi mendapat kunjungan dari investor asal Jepang. Pertemuan yang berlangsung sekitar dua jam di Istana Gubernuran itu, membahas soal potensi pembangkit bio energi di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi
Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi

Bisnis.com, PADANG - Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi mendapat kunjungan dari investor asal Jepang. Pertemuan yang berlangsung sekitar dua jam di Istana Gubernuran itu, membahas soal potensi pembangkit bio energi di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

"Investor dari Jepang itu, lagi mencari informasi seputar potensi pembangkit bio energi di Mentawai. Sepertinya dia tertarik untuk berinvestasi di Mentawai," katanya, Minggu (10/7/2022).

Mahyeldi mengatakan dari pertemuan itu, ada rencana beberapa program pembangunan dan kerja sama antara Pemprov Sumbar dengan Jepang.

Di antaranya, rencana pengembangan pembangkit listrik tenaga bio energi di Kepulauan Mentawai, pengembangan objek wisata Taman Hutan Raya (Tahura) Bung Hatta dan kerjasama pengiriman tenaga kerja ke Jepang.

"Hal ini tentu kita sambut dengan baik. Semoga ada kelanjutannya, sehingga dapat memberikan dampak ekonomi bagi daerah," ujarnya.

Menurutnya dengan telah hadirnya dan bertemu langsung dengan para calon investor itu, perlu dipersiapkan segala sesuatu hal oleh dinas.

Gubernur meminta kepada kepala OPD terkait untyk segera menindaklanjuti pertemuan ini untuk pembahasan yang lebih mendetail.

"Soal pendidikan dan tenaga kerja ini sangat luar biasa, bekerja dan belajar. Kita harus siapkan skill bahasa nya di SMK. Saya minta dinas pendidikan tindaklanjuti tawaran kerja sama ini. Tahun depan kalau bisa sudah ada yang berangkat. Untuk skema biayanya nanti kita akan berikan bantuan bagi yang tidak mampu," tegas gubernur.

"Kepada dinas terkait, soal Tahura dan Bio energi agar mendalami lebih detail. Mudah-mudahan niat baik ini bisa berlanjut demi kebaikan bersama," sambung gubernur.

Di kesempatan itu, Haryadi Budi Susanto, yang turut mendampingi investor Jepang, menyatakan rencana pembangkit listrik tenaga bio energi di Mentawai menggunakan sumber energi baru terbarukan (EBT) dari tanaman Kaliandra.

Sumber olahan palet dari kayu kaliandra digadang bisa menjadi bahan EBT biomassa pembangkit listrik hingga 10 MegaWatt.

"Untuk tahap awal akan dikembangkan di lahan seluas 3 ribu hektar sebagai inti. Nanti plasma dari masyarakat sekitar tentu akan turut menunjang," sebut Haryadi, juga sebagai Ketua Umum Asosiasi Perlebahan Indonesia (API Indonesia).

Menurutnya keberadaan kaliandra itu kalorinya bagus sekali dan sudah ada hasil penelitiannya dari LIPI.
Bunganya disukai lebah, daunnya juga bagus untuk ternak dan kayunya bisa kita manfaatkan sebagai sumber bio energi," ungkap Haryadi.

Selain itu, untuk pengembangan wisata Tahura, menurut Haryadi akan menghadirkan konsep wisata edukasi modern. Rancangannya seperti museum tapi atraktif, tidak pasif seperti museum pada umumnya.

"Bukan wisata biasa, ada nilainya. Tapi tetap mematuhi aturan tentang pemanfaatan taman nasional atau hutan lindung," kata Haryadi.

Sementara, Hidayat Hanawa dan Kotaro Matsuzaki, dua orang pendiri ANS Japanese Academy, menawarkan kerja sama pengiriman tenaga kerja ke Jepang dengan pola dan sistem yang disebut sebagai sesuatu yang beda, pertama dan satu-satunya di Jepang.

"Kami menerima lulusan SMK untuk dikirim bekerja di Jepang sekaligus sekolah," ujarnya.

Dikatakannya melalui ANS Japanese Academy, siswa yang dikirim ke Jepang akan didaftarkan di akademi sekaligus bekerja di perusahaan yang sudah bekerjasama.

"Jadi yang bersangkutan bisa membiayai sekolahnya sendiri dari penghasilannya bekerja. Upah minimal lulusan SMK Rp15 juta perbulan," jelas Hidayat.

Kuncinya menurut Matsuzaki, adalah bahasa. Lulusan SMK jurusan apa saja dan berapa pun siap ditampung. Yang penting dibekali bahasa Jepang.

"Perusahaan kami berpusat di Hamamatsu, kota industri tempat diproduksinya berbagai merek otomotif terkenal di dunia. Yang jadi perhatian pada tenaga kerja asing adalah bahasa. Tapi dari Indonesia, rata-rata bahasa Jepangnya cukup baik, karena itu coba jalin kerjasama ini," kata Matsuzaki, seperti diterjemahkan Hidayat. (k56)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Noli Hendra
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper