Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Sawit Tingkat Petani di Riau Masih Rendah, Hanya Rp2.000 per Kg

Harga tandan buah segar kelapa sawit masih mengalami penurunan dibandingkan sebelum kebijakan larangan ekspor pada April 2022 lalu.
Ilustrasi./Antara-Makna Zaezar
Ilustrasi./Antara-Makna Zaezar

Bisnis.com, PEKANBARU — Apkasindo Riau menyatakan harga sawit Riau memang mengalami pertumbuhan atau naik dibandingkan kondisi larangan ekspor berlaku, namun kenaikannya masih sangat perlahan.

Sekretaris Apkasindo Riau Djono Albar Burhan mengatakan petani sawit masih bersabar menanti naiknya harga jual TBS seperti masa sebelum pelarangan ekspor.

"Memang betul hingga saat ini harga TBS sudah bergerak naik tapi masih sangat perlahan, sekarang harga di pabrik sudah dikisaran Rp2.000, tapi masih jauh dibandingkan sebelum pelarangan ekspor yaitu Rp3.700," ujarnya, Rabu (1/6/2022).

Dia mengatakan petani sawit berharap kondisi dapat benar-benar pulih dan harga kembali seperti sedia kala, serta ekspor sawit berjalan lancar yang akhirnya dapat mendorong harga TBS petani dapat segera pulih.

Menurut catatan Bisnis, pada pertengahan Maret 2022 lalu, harga jual TBS sawit petani Riau sempat mencapai rekor tertinggi yaitu Rp4.200 per Kg. Namun akibat kebijakan pelarangan ekspor pada akhir April 2022, harga jual sawit Riau turun hingga ke Rp1.000 per Kg di tingkat petani.

Sebelumnya, Dinas Perkebunan Provinsi Riau menyatakan harga tandan buah segar kelapa sawit masih mengalami penurunan dibandingkan sebelum kebijakan larangan ekspor pada April 2022 lalu. Salah satu pemicunya dari eksternal yaitu importir CPO yang memilih untuk mengalihkan permintaan ke negara tetangga Malaysia.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Disbun Riau Defris Hatmaja harga pembelian TBS petani sepekan ke depan berada di harga Rp 2.666,44/Kg.

"Penurunan harga TBS ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal turunnya harga TBS periode ini disebabkan oleh terjadinya kenaikan dan penurunan harga jual CPO dari perusahaan yang menjadi sumber data. Sementara itu dari faktor eksternal, ekspor CPO dan kernel ke luar negeri masih belum normal walaupun kebijakan larangan ekspor CPO sudah dicabut oleh pemerintah," ujarnya.

Saat ini dinilai pihaknya merupakan masa transisi, sehingga eksportir masih menunggu situasi dan kondisi. Kemudian juga karena lelang CPO sejumlah perusahaan di KPBN Jakarta tidak ada deal (WD) atau kesepakatan sesuai harga dasar penawaran lelang, apalagi paska terbitnya Juknis Dirjendaglu No.018/22.

Pada beleid ini mengatur bahwa rasio ekspor CPO ditetapkan oleh Dirjendaglu pada masa transisi. Dampaknya pencabutan larangan ekspor dinilai tidak serta merta berpengaruh ke harga sawit, dimana saat dicabutnya larangan ekspor harga CPO tidak otomatis naik atau langsung bisa ekspor CPO keluar negeri.

Secara umum pembelian CPO atau produk sawit oleh suatu negara dilakukan dalam jangka panjang atau di atas 1 tahun. Pelarangan ekspor yang ditetapkan pada April 2022 lalu berdampak besar bagi para negara importir sawit terbesar. Kemudian para negara importir ini pindah ke Malaysia dan melakukan kontrak dengan Malaysia karena mereka butuh konsistensi/kepastian pasokan CPO.

"Dampak akibat kondisi di atas, karena pasar ekspor CPO belum normal, harga TBS yang ditetapkan Disbun Riau masih belum normal seperti yang diharapkan semua pihak."


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arif Gunawan
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper