Bisnis.com, MEDAN - Petani jeruk yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan Konservasi (KTHK) di Sei Bamban, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, merana.
Hal itu disebabkan turunnya harga jeruk yang selama ini menjadi sumber penghasilan mereka. Hampir sebulan harga jeruk turun dari yang awalnya Rp5.000 per kilogram menjadi Rp4.000 per kilogram.
"Sudah hampir sebulan ini harganya turun. Ya mau bagaimana lagi, kami kan hanya mengikuti harga pasar, jadi kalau turun ya bersabar dulu lah," kata seorang petani Rustam kepada Bisnis, Senin (11/10/2021).
Rustam mengatakan, produktivitas pohon jeruk yang mereka tanam saat ini sedang mengalami penurunan. Itulah yang membuat mereka terpaksa panen sebelum masanya.
Jika panen besar, kata Rustam, mereka mampu memproduksi hingga 400-500 kilogram. Namun saat ini, petani cuma mampu menghasilkan 50 kilogram.
"Kalau cuma sedikit begini, kami yang mengantar ke agen di kota. Tapi kalau panen besar, mereka yang datang," kata Rustam.
Turunnya harga harga jeruk di kala stok sedikit membuat heran petani lainnya, Sucipto.
"Seharusnya kalau tidak ada barang harganya bisa tinggi. Tapi ini enggak, malah turun, kami pun kurang mengerti mengapa begini," kata Sucipto.
Sucipto menjelaskan, jeruk yang selama ini mereka tanam biasa dipanen sebanyak 4-5 kali dalam setahun. Pohon jeruk ini akan mulai berbuah setelah berumur dua tahun.
"Jeruk Pantai Buaya ini sekarang dikenal sebagai jeruk peras buat jus. Biasanya dipasarkan oleh agen hingga ke luar daerah seperti ke Jakarta," kata Sucipto.
Rustam dan Sucipto merupakan anggota Kelompok Tani Bina Lingkungan yang tergabung dalam program KTHK Sei Bamban. Saat ini, mereka memiliki sekitar 35 anggota.
Para petani ini menanam berbagai macam buah dan sayuran. Mulai dari jeruk, kakao, petai, jengkol, durian, dan lain sebagainya. Untuk jeruk, mereka mengelola sekitar 200 batang pohon.