Bisnis.com, PALEMBANG — Perajin kain khas Sumatra Selatan didorong untuk menggunakan pewarna alami dalam pembuatan kerajinan lokal tersebut.
Ketua Tim Penggerak PKK Sumatra Selatan Feby Deru mengatakan bahwa Sumsel memiliki berbagai kain tradisional, selain songket ada pula kain jumputan dan kain blongsong. Menurut Feby, saat para perajin kain menggunakan pewarna tekstil dapat menimbulkan dampak baik positif maupun negatif.
“Oleh karena itu, saya ingin mendorong dan mengenalkan pewarna alami kepada para perajin kain di Sumsel,” katanya, Senin (13/7/2020).
Dia mencontohkan Meki Oki Yasari, perajin kain songket dari Galeri Songket Warna Alam. Perajin tersebut menggunakan pewarna berbahan dasar alam, yang diperoleh dari alam.
Pewarnaan kain dengan pewarna tekstil tentu menimbulkan dampak tersendiri, seperti limbah yang pada akhirnya akan bermuara pada lingkungan hidup. “Nah, ini kan menggunakan pewarna alam yang bisa didapat dari hutan, juga kebun yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggal, bahkan beberapa bisa ditanam sendiri.”
Adapun, bahan pewarna dari alam tersebut dapat berasal dari secang, gambir, mahoni, kayu-kayuan, bahkan beberapa warna diperoleh dari hasil fiksasi dengan kulit buah-buahan.
Baca Juga
Dengan menggunakan pewarna alam, kata Feby, warna yang dihasilkan pun menjadi lebih alami daripada menggunakan pewarna tekstil.
“Jadi, nanti kepada para perajin kain di Sumsel bisa memperoleh pewarna alam di Galeri Songket Warna Alam ini karena Meki si perajin ini punya kebun dan memiliki persediaan pewarna alami,” katanya.
Nantinya agar para perajin kain di Sumsel lebih mudah mendapatkan stok pewarna alam, Feby mengatakan bahan baku pewarna alami akan disediakan di Kriya Sriwijaya.
“Jadi, untuk yang memerlukan pewarna alami atau bahan baku pewarnaan akan kami suplai di Kriya Sriwijaya sebab untuk memudahkan mereka [perajin] ketimbang harus datang langsung ke desa ini,” jelasnya.