Bisnis.com, MEDAN--Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut Zonny Waldi mengatakan neraca perdagangan luar negeri Sumut memang mengalami tren penurunan.
Realisasi ekspor sumut periode Januari- Juli 2019 untuk volume tercatat sebesar 5,41 juta ton, dari golongan barang masih didominasi kelapa sawit dam karet.
Padahal, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara mencatat pada periode Januari- Juni 2019, penurunan ekspor terbesar terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati, yakni turun sebesar 18,93% dengan nilai US$87,34 juta.
Karet dan barang dari karet juga mengalami penurunan sebesar 12,16% dengan nilai US$70,66 juta.
“Produk ekspor Sumut sebagian besar masih berupa bahan baku dan bahan setengah jadi, sehingga perolehan devisa masih belum maksimal,” katanya dikutip Jumat (27/9/2019).
Selain itu, lanjutnya produk ekspor Suut sebagian besar menggunakan jasa pihak ketiga atau trader sehingga margin keuntungan perusahaan eksporti belum maksimal. Lebih lanjut, belum adanya lembaga yang menangani secara khusus tentang kemasan, pendampingan UMKM dalam rangka penerobosan pasar ekspor secara komprehensif..
Baca Juga
Sementara untuk masalah infrastruktur, lanjutnya, masih terjadi defisit suplai energi dan gas sehingga mengganggu produksi pelaku usaha. Selain itu juga, masih terbatasnya jumlah kapal pengangkut domestik.
Guna meningkatkan hasil ekspor tersebut, pihaknya akan mendorong hilirisasi produk perkebunan. Menurutnya, hilirisasi produk perkebunan harus mempu menyeimbangkan keberadaan pengusaha lokal dengan pengusaha asing.
Selain itu, lanjutnya sinergi dengan LPEI diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha atau eksportir di Sumut, dalam hal pembiayaan. Harapannya, hal tersebut dapat membentuk eksportir-eksportir baru, khususnya di Sumut.