Bisnis.com, MEDAN--Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor periode Januari-September 2019 tercatat US$5,80 miliar, atau menurun sebesar 12,06% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 6,59 miliar.
Kepala BPS Sumut Syech Suhaimi menjelaskan penurunan ekspor terbesar terjadi pada golongan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), yakni turun sebesar 16,72% atau menjadi US$2,13 miliar dari sebelumnya yang mencapai US$ 2,56 miliar.
“Komoditas unggulan lain seperti karet juga mengalami penurunan, ekspor karet dan barang dari karet mengalami penurunan sebesar 10,41% menjadi US$ 820,44 juta dari sebelumnya US$ 915,78 juta,” jelas Syech dikutip Senin (4/11/2019).
Syech melanjutkan, sementara berbagai produk kimia terpangkas sebesar 13,51% menjadi US$647,36 juta dari sebelumnya US$748,50 juta. Golongan barang lain yang anjlok yakni bahan kimia organis sebesar 21,61%, sabun dan preparat pembersih sebesar 8,82% , kayu dan barang dari kayu sebesar 9,72%, serta buah buahan sebesar 8,76%.
“Sementara golongan barang kopi, teh, rempah-rempah mengalami kenaikan sebesar 3,74% atau senilai US$13,12 juta,” katanya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut Zonny Waldi mengatakan, neraca perdagangan luar negeri Sumut memang mengalami penurunan. Apalagi realisasi ekspor Sumut juga masih didominasi golongan barang seperti kelapa sawit dan karet.
Baca Juga
“Produk ekspor Sumut sebagian besar masih berupa bahan baku dan bahan setengah jadi, sehingga perolehan devisa masih belum maksimal,” katanya.
Selain itu, lanjutnya produk ekspor Sumut sebagian besar menggunakan jasa pihak ketiga atau trader sehingga margin keuntungan perusahaan eksportir belum maksimal.
Sementara untuk masalah infrastruktur, lanjutnya, masih terjadi defisit suplai energi dan gas sehingga mengganggu produksi pelaku usaha. Selain itu juga, masih terbatasnya jumlah kapal pengangkut domestik.