Bisnis.com, BATAM - Ekonomi Kepri mengalami tumbuh melambat menjadi 3,74 persen (yoy) pada triwulan ketiga 2018. Sebelumnya, Ekonomi Kepri sempat tumbuh 4,21 persen (yoy) pada triwulan 1, dan 4,51 persen (yoy) pada triwulan 2 2018.
Pertumbuhan pada triwulan ini terutama didorong oleh kategori konstruksi yang memberikan andil pertumbuhan sebesar 1,60 persen.
Sementara bila dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto yang mempunyai andil terhadap pertumbuhan sebesar 4,62 persen.
Pertumbuhan tertinggi year on year pada triwulan III-2018 dicapai oleh Jasa lainnya yang tumbuh sebesar 22,41 persen; diikuti oleh Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 14,49 persen; dan konstruksi sebesar 9,19 persen.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau triwulan III-2018 secara year on year, Konstruksi memberikan andil pertumbuhan tertinggi sebesar 1,60 persen; diikuti Industri Pengolahan sebesar 1,34 persen; dan Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 0,43 persen.
Dibandingkan dengan triwulan II-2018 (q-to-q) tumbuh sebesar 2,05 persen. Dari sisi produksi, kategori yang memberikan andil pertumbuhan terbesar adalah kategori Industri Pengolahan yaitu sebesar 1,66 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan pada triwulan ini terutama disebabkan oleh PMTB.
Baca Juga
Sampai dengan triwulan III-2018, secara kumulatif (c-to-c) pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau tumbuh sebesar 4,24 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam lingkup regional, PDRB Kepulauan Riau triwulan III-2018 memberikan kontribusi sebesar 7,80 persen terhadap PDRB Pulau Sumatera.
Dunia usaha mengaku kaget dengan perambatan ekonomi Kepri di triwulan ketiga 2018 ini. Ketua Apindo Kota Batam Rafki Rasyid mengatakan,pertumbuhan ini berada di bawah prediksi Bank Indonesia pada bulan September lalu yaitu diperkirakan Kepri bisa tumbuh sekitar 3,9 - 4,4%.
“Terus terang kita cukup kaget dengan angka pertumbuhan yang lebih rendah dari prediksi tersebut,” jelasnya.
Menurut Apindo, tahun ini harusnya merupakan momentum kebangkitan perekonomian Kepri. Terutama dengan membaiknya harga minyak mentah dunia dan komitmen dari berbagai pihak untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7% pada tahun 2019.
Jika pertumbuhan ekonomi hanya bisa tumbuh 4% saja di tahun 2018, maka akan sangat sulit mencapai target pertumbuhan 7% di tahun 2019 tersebut. Apalagi bila ternyata pertumbuhannya di bawah 4 persen.
Saat ini 70 persen ekonomi Kepri bergantung kepada Batam. Karena itu konsistensi perbaikan ekonomi di Batam akan menjadi solusi paling realistis. Rafki menegaskan, Pemko Batam dan BP Batam harus saling sinergi memperbaiki perekonomian.
“Kita lihat Pemko dan BP Batam ini hanya akur diawal awal kepemimpinan Pak Lukita saja. Saat ini dua lembaga ini mulai memperlihatkan kerenggangan hubungan lagi. Hal ini berbahaya bagi kondisi investasi di Kepri khususnya Batam,” paparnya.
Keinginan Pemko Batam yang mau mendorong sektor pariwisata menurut saya hanya lip service saja. Karena kebijakan yang dibuat Pemko Batam justru memukul usaha pariwisata. Salah satunya adalah kebijakan menaikkan pajak dan retribusi untuk hiburan.
Kenaikan tarif pajaknya bukan main. Naik dari 15% menjadi 35%. Kenaikan ini lebih dari 100%. Pengusaha sektor hiburan menjerit dan sudah ada yang menutup usahanya. Pajak ini mulai ditagih sejak bulan April lalu.
Kondisi ini yang membuat para pengusaha hiburan melakukan efisiensi kapasitas bisnis, bahkan menutup usahanya. Sejumlah pengusaha yang ingin membuka usaha hiburan di batam juga mengurunkan niatnya.
Untuk solusi jangka pendek Apindo sudah pernah meminta kepada Pemko Batam untuk menunda kenaikan pajak hiburan itu. Pemko sudah setuju dan bersurat ke DPRD Batam. Namun surat tersebut berhenti di DPRD tidak ada tindak lanjut sampai sekarang.
Sementara untuk jangka panjang pengusaha meminta kenaikan yang sangat besar itu ditinjau ulang. Kalau memang Batam mau mengandalkan pariwisata sebagai pendorong kegiatan ekonomi.
“Jadi kita menghimbau agar pemerintah dan pihak terkait memperhatikan betul kondisi investasi di Batam. Karena investasi adalah sendi utama perekonomian Batam. Dan perekonomian Batam merupakan sendi utama pertumbuhan ekonomi Kepri,” papar Rafki.
Sementara itu BP Batam masih optimis mencapai pertubuhan ekonomi 4,5 persen di akhir tahun. Sejumlah industri raksasa di Batam sudah mulai mendapat orderan baru, sehingga mampu menggerakan roda ekonmi.
“Salah satu yang sudah mulai bergerak tahun ini adalah MC. Dermott Indonesia. Proyek yang mereka kerjakan cukup besar, dan serapan tenaga kerjanya juga besar,” ujar Kasubdit Humas BP Batam Mohammad Taofan.
Industri galangan kapal di Batam juga sudah mulai menggeliat. Sejumlah proyek pembangunan kapal dari dalam negeri sudah mulai masuk ke Batam. bergeraknya industri padat karya seperti ini dipastikan akan memberikan dampak signifikan hingga akhir tahun.
BP Batam juga mendorong realisasi investasi dari investor-investor baru yang masuk sejak awal tahun. Menurut Taofan, sebagian besar tengah melakukan persiapan, sebelum akhirnya beraktifitas di Batam jelang akhir tahun ini.
“Melihat indikator-indikator yang ada, kami masih optimis pertumbuhan ekonomi Kepri, khususnya Batam akan mencapai target yang kita canangkan,” jelasnya.