Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kuartal III/2018, MARK Bukukan Laba Bersih Rp58,83 Miliar

PT Mark Dynamics Indonesia Tbk. (MARK), emiten produsen cetakan sarung tangan karet yang berbasis di Sumatera Utara, membukukan kinerja positif sepanjang kuartal III/2018 yang ditunjukkan dengan pembukuan laba bersih sebesar Rp58,83 miliar.
Ridwan Goh, Chief Executif Officer PT Mark Dynamics Indonesia Tbk. (tengah) saat memimpin Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam RUPSLB Ridwan Goh dipilih menjadi CEO Mark Dynamics Indonesia Tbk, yang baru/Bisnis.com-M. Abdi Amna
Ridwan Goh, Chief Executif Officer PT Mark Dynamics Indonesia Tbk. (tengah) saat memimpin Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam RUPSLB Ridwan Goh dipilih menjadi CEO Mark Dynamics Indonesia Tbk, yang baru/Bisnis.com-M. Abdi Amna

Bisnis.com, MEDAN – PT Mark Dynamics Indonesia Tbk. (MARK), emiten produsen cetakan sarung tangan karet  yang berbasis di Sumatera Utara, membukukan kinerja positif sepanjang kuartal III/2018 yang ditunjukkan dengan pembukuan laba bersih sebesar Rp58,83 miliar.

Realisasi itu tumbuh 82,88% secara year on year dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp32,17 miliar. Selain itu, total laba bersih dalam 9 bulan bulan pertama tahun ini telah melampaui total laba bersih perseroan sepanjang 2017 yang berjumlah Rp49,25 miliar.

Presiden Direktur MARK Ridwan mengatakan capaian tersebut tidak lepas dari pertumbuhan penjualan pada kuartal III/2018 sebesar 35,24% (year on year) menjadi Rp240,45 miliar.

“Tercapainya penjualan pada periode ini bahkan lebih baik dari penjualan sepanjang tahun 2017 sebesar Rp239,79 miliar dan berhasil melampaui target bisnis yang ditetapkan manajemen,” katanya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia yang dikutip Bisnis, Senin (29/10/2018).

Lebih lanjut, Ridwan menyampaikan nilai penjualan tersebut ditopang oleh segmen ekspor yang menjadi kontributor utama dengan nilai Rp228,66 miliar atau mencapai 95,10% dari total penjualan.

Nilai tersebut lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp167,79 miliar atau mengambil porsi 94,44% dari total penjualan.

Dari sisi total unit penjualan hand former, tercatat peningkatan jumlah penjualan menjadi 4,78 juta unit atau sebesar 28,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,72 juta unit.

Pencapaian yang diraih MARK juga tidak lepas dari kerberhasilan menjaga tingkat efisiensi serta mempertahankan kualitas produk sesuai permintaan pelanggan.

Hal itu terlihat dari total laba kotor sebesar Rp104,85 miliar dengan marjin laba kotor sebesar 43,61%. Adapun, pada periode yang sama tahun sebelumnya total laba kotor tercatat sebesar Rp63,88 miliar dengan marjin labab kotor 35,93%.

Perseroan juga berhasil menjaga tingkat biaya operasional yang lebih rendah yang tergambar daari total laba sebelum pajak sebesar Rp80,83 miliar dengan marjin laba sebesar 33,62%,  lebih besar dari kuartal III/2017 dengan laba sebelum pajak Rp44,65 miliar dan marjin laba 25,12%.

“Kami berhasil menjaga tingkat biaya yang rendah meskipun terjadi fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS sepanjang kuartal III/2018, di mana pada pos pendapatan dan beban lain-lain kami mencatat laba selisih kurs sebesar Rp1,42 miliar sedangkan pada periode yang sama tahun 2017 tercatat rugi selisih kurs sebesar Rp652,96 juta.”

Secara keseluruhan, total aset MARK juga mengalami kenaikan sebesar 33,51% dibandingkan Desember 2017 menjadi Rp303, 87 miliar. Aset lancar naik 20,6% menjadi Rp161,49 miliar, sedangkan aset tidak lancar naik 51,97% menjadi Rp93,69 miliar.

Pertumbuhan yang lebih tinggi di sisi aset tidak lancar disebabkan adanya pembelian lahan untuk ekspansi dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan pasar.

“Peningkatan permintaan akan produk cetakan sarung tangan seiring dengan terus meningkatnya produksi sarung tangan dari pelanggan utama kami di Malaysia,” ujarnya.

Seperti diketahui, Malaysia merupakan pemasok sekitar 61% sarung tangan karet dunia. Tahun ini Malaysia membidik kenaikan pangsa pasar menjadi 63%, sedangkan Indonesia hanya memiliki pangsa pasar 3%.

Pertumbuhan di industri sarung tangan adalah sekitar 15% di mana Amerika Serikat merupakan pembeli terbesar, disusul negara-negara di kawasan Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper