Bisnis.com, PALEMBANG – Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatra Selatan Kurmin Halim mengaku kecewa atas keputusan pemerintah mempermak beleid status Bandara SMB II Palembang dari bandara internasional menjadi domestik.
Menurut Kurmin kebijakan itu dapat berdampak besar terhadap sektor pariwisata di Sumsel lantaran jumlah wisatawan asing akan mengalami penurunan akibat biaya perjalanan yang meningkat.
“Mereka (wisatawan) yang akan ke Palembang harus transit dulu dari daerah lain tentu akan membuat biaya perjalanan jadi lebih besar,” katanya.
Kondisi itu juga akan mempengaruhi tingkat hunian hotel serta konsumen restoran yang ada di Bumi Sriwijaya karena hanya mengandalkan wisatawan domestik serta kegiatan tertentu saja.
Terlebih tempat wisata yang terbatas membuat Sumsel sulit untuk bersaing dengan daerah lain dalam rangka menarik wisatawan berkunjung.
“Sebelum Covid penerbangan Palembang-Malaysia (PP) bisa 10 kali dalam satu minggu. Sekarang penerbangan tersebut nihil (nol) artinya jangan lagi berharap wisatawan mancanegara akan ke Palembang kalau bukan karena urusan bisnis,” ujarnya.
Baca Juga
Dia menilai, jika pemerintah ingin mencegah masyarakat Indonesia tidak mudah untuk ke luar negeri dengan alasan berlibur. Maka potensi wisata di setiap daerah perlu diperbaiki secara maksimal.
Termasuk juga perjalanan masyarakat ke luar negeri untuk berobat, maka pemerintah perlu memperbaiki sarana prasarana serta pelayanan rumah sakit.
“Kasihan mereka yang sakit dan memang harus berobat ke luar negeri karena keterbatasan alat di Tanah Air. Sekarang akan sulit berobat karena masa perjalanan yang ditempuh lebih lama untuk ke luar negeri,” bebernya.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke wilayah itu sepanjang 2023 hanya sebanyak 23 orang. Sedangkan dari periode Januari hingga Februari 2024 total kunjungan wisatawan mancanegara ke Bumi Sriwijaya sebanyak 2 orang.
Di lain sisi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Aufa Syahrizal menyebut perubahan status oleh Kementerian Perhubungan tersebut mempertimbangkan tingkat kunjungan wisatawan domestik melalui program Bangga Berwisata di Indonesia (BBWI).
“Karena pemerintah ini sedang menjalankan program BBWI. Mengingat potensi wisata Indonesia sangat banyak dan tidak kalah menarik. Terlebih Sumsel masuk lima besar daerah paling banyak dikunjungi,” jelasnya.
Aufa menambahkan, pertimbangan juga melihat dari data dimana lebih banyak masyarakat Sumsel yang berkunjung ke Kuala Lumpur dan Singapura, dibanding sebaliknya.
"Pantauan dari pihak Imigrasi, dari Palembang-Kuala Lumpur dan Palembang-Singapura lebih tinggi dibandingkan wisatawan dari Singapura dan Malaysia yang ke Palembang. Sementara harapannya dengan adanya penerbangan internasional jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia lebih banyak,” pungkasnya.