Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Haapi Ramaan & Lebaran, Sumsel Genjot Produksi Cabai

Pemerintah memantau produksi cabai di Sumatera Selatan untuk memastikan ketersediaan pasokan aneka cabai menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri 2018.
Petani memanen cabai/ANTARA-Anis Efizudin
Petani memanen cabai/ANTARA-Anis Efizudin

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah memantau produksi cabai di Sumatera Selatan untuk memastikan ketersediaan pasokan aneka cabai menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri 2018.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi, mengatakan pemantauan ini dilakukan oleh pemerintah dalam upaya memastikan ketersediaan pasokan aneka cabai menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran.

Menurut Suwandi, wilayah Sumatera Selatan memiliki karakteristik produksi cabai di yang berbeda dengan daerah lain.

Di Sumatera Selatan budidaya cabai dapat dilakukan sepanjang waktu dan bisa ditanam pada musim yang berbeda pada lima tipe lahan yang berbeda.

“Tipe pertama, cabai ditanam di lahan pasang surut ini berada di Banyuasin,” katanya pada Sabtu (12/5).

Tipe kedua, lanjutnya, ditanam pada lahan lebak yang berada di Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Musi Banyuasin.

Lahan lebak adalah suatu wilayah dataran rawa yang cekung yang dibatasi oleh satu atau dua tanggul sungai atau antara dataran tinggi dengan tanggul sungai dan sudah dialih fungsikan sebagai lahan pertanian.

Tipe ketiga yang terdapat di Sumatera Selatan adalah lahan tadah hujan yakni berada di Kabupaten OKI.

“Keempat, ditanam pada lahan sawah berada di Musi Rawas dan OKU Timur, serta kelima dilahan dataran tinggi berada di OKU Selatan, Muara Enim dan Pagar Alam,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Sub Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan, Sri Indah Mulyati mengatakan luas panen cabai setahun sekitar 5.000 ha untuk mengisi pasokan ke Pasar Induk Jakabering dan pasar daerah lain.

Pasar Induk Jakabering dipasok 25 ton cabai per hari, bawang merah 30 ton per hari dan bawang putih 50 ton per hari.

“Untuk produksi cabai ini cukup guna memenuhi kebutuhan Sumatera Selatan, bahkan sebagian produksi dipasarkan ke Jambi, Bengkulu, Lampung dan lainnya. Harga cabai rawit maupun cabai merah keriting di petani berkisar Rp30.000 per kg,” terangnya.

Menurut Sri, beberapa sentra produksi misalnya di Lais Kabupaten MUBA, biaya pokok produksi cabai rawit merah keriting varietas lokal lebih murah dibandingkan dengan wilayah lain.

Dengan teknologi sederhana dan biaya minim sekitar Rp20 juta per ha, petani bisa menghasilkan cabai rawit merah sebesar 6 ton yang setara dengan biaya pokok produksi Rp 120 juta per ha.

“Sedangkan di Muara Enim di dataran tinggi cabai ditanam intensif dengan biaya Rp60 juta menghasilkan sekitar 12 ton hingga 15 ton per hektar,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua Gapoktan Semontor Jaya, Desa Pedu, Kecamatan Jejawi, Kabupaten OKI, Kasnadik mengatakan anggota kelompok petaninya menanam di lahan seluas 43 hektare untuk cabai varietas lokal dang menggunakan pemupukan sederhana dengan biaya Rp16 juta per ha. Sementara dirinya mengelola cabai di lahan seluas 1,5 hektar.

“Hasil [panen] sekitar Rp60 juta, masih lumayan. Penanaman [cabai di lahan] 43 hektare sekarang siap akan dipanen pada Mei hingga Juni 2018 nanti saat Ramadhan dan Idul Fitri siap memasok Pasar Induk Jakabering,” katanya.

Dia mengatakan petani Gapoktan Semontor Jaya sudah biasa menanam cabai tiga kali setahun di lahan tadah hujan. Saat ini mereka sedang berusaha menggunakan benih unggul dan memperbaiki cara bercocok tanam supaya produksinya bisa minimal 6 ton per hektar.

“Ini sudah diajarkan demplot oleh Pak Darmadi dari Dinas Ketahanan Pangan dan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten OKI,” ujar Kusnadik.

Sedangkan Abdul Ghopur, petani di Gapoktan yang sama, menyampaikan optimistis dengan benih unggul hibrid dan pemupukan yang cukup dapat menaikkan produktivitas.

"Sekarang saya membuat demplot 1,5 hektare dan mengajarkan percontohan bagi anggota kelompoktani lainnya menanam cabai seluas 8 hektare,” pungkas Ghopur.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper