Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PT Lima Pasifik Energi Garap Pipa Gas 113 Km TAA—Muntok

PT Lima Pasifik Energi bersama dengan Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi (PDPDE) segera merealisasikan pembangunan pipa gas bawah laut yang menghubungkan Tanjung Api-Api, Sumatra Selatan ke Muntok, Bangka Belitung, sepanjang 113 kilometer.
Ilustrasi./JIBI
Ilustrasi./JIBI

Bisnis.com, PALEMBANG -- PT Lima Pasifik Energi bersama dengan Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi (PDPDE) segera merealisasikan pembangunan pipa gas bawah laut yang menghubungkan Tanjung Api-Api, Sumatra Selatan ke Muntok, Bangka Belitung, sepanjang 113 kilometer.

Direktur Utama PT Lima Pasifik Energi, Hendrik Kawilaran Paluntungan, mengatakan proyek jalur pipa ini sekaligus juga mendukung program Presiden RI Joko Widodo dalam hal efisiensi ekonomi. Salah satunya melalui migrasi penggunaan energi untuk industri, dari sebelumnya menggunakan bahan bakar diesel beralih ke gas.

“Oleh karena itu, target kita nantinya dapat menyalurkan gas ke kawasan industri baik di TAA maupun di Muntok,” katanya usai berjumpa dengan Gubernur Sumsel di Griya Agung, Senin (5/3/2018).

Dia menjelaskan, dalam hal ini pihaknya menjalin konsorsium dengan perusahaan daerah milik Pemprov Sumsel, yakni PDPDE. Di mana Lima Pasifik nantinya berinvestasi secara penuh dalam hal permodalan, sementara PDPDE menjadi perwakilan pemerintah daerah dalam hal kepemilikan lahan sepanjang jalur pipa tersebut.

Adapun nilai investasi proyek pipa gas itu ditaksir mencapai US$60 juta atau berkisar Rp1,5 triliun.

Hendrik memerinci, pembangunan jalur pipa sepanjang 113 kilometer tersebut akan menelan dana sekitar Rp1 triliun. Meliputi 70 kilometer pipa berada di darat, dan 43 kilometer di bawah laut, sementara Rp500 miliar akan digunakan untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) Muntok.

“Kapasitas pipa sendiri diperkirakan mampu menyuplai gas sekitar 100 mmcfd, sementara PLTG tersebut memiliki kapasitas 100 Megawatt,” katanya.

Dia mengemukakan suplai gas sendiri nantinya berasal dari sumur gas Grissik milik ConocoPhillips.

Untuk potensi pasar sendiri menurutnya cukup potensial, apalagi nantinya di dua lokasi tersebut merupakan sebuah kawasan industri terpadu, terlebih ConocoPhillips selama ini lebih banyak mengekspor gas ke Singapura.

“Dengan adanya proyek ini maka tentu akan meningkatkan pemanfaatan konsumsi gas dalam negeri,” katanya.

Hendrik menambahkan, ditargetkan dalam minggu ini pihaknya bersama PDPDE dapat segera merampungkan penandatangan kontrak kerjasama, sehingga pengerjaan pembangunan dapat segera direalisasikan.

“Target kami di tahun 2019 sudah rampung dan sudah bisa dioperasionalkan,” katanya.

Direktur Operasional PDPDE, Syamsu Rizal Usman mengatkan, sebenarnya ada perusahaan asing asal Korea yakni Korean Gas (KoGas) yang juga berminat berinvestasi di sektor tersebut.

Hanya saja, karena ada perubahan situasi politik dalam negeri mereka sehingga berpengaruh terhadap kebijakan dan kerjasama luar negeri dari badan usaha dalam negeri Korea.

“Apalagi batas waktu kerjasama dengan Korea juga sudah berakhir pada Februari lalu,” katanya.

Dengan demikian, PT Lima Pasifik Energi menjadi investor tunggal yang siap dalam hal permodalan dalam merealisasikan proyek pipa laut ini.

“Sitem kerjasamanya Lima Pasifik investasi pendanaan, dan kita dalam bentuk kepengurusan izin serta lahan yang akan dilalui jalur pipa,” katanya.

Selain untuk kawasan industri, gas tersebut nantinya juga akan disuplai untuk sejumlah pembangkit listrik yang ada di Bangka. Temasuk pada PLTG yang juga akan dibangun oleh Lima Pasifik di Muntok yang nantinya listrik yang dihasilkan akan dijual ke PLN.

“Sementara terkait masalah profit ke PDPDE sendiri sejauh ini belum ada pembahasan lebih

lanjut. Tapi kemungkinan besar nantinya akan dihitung dalam bentuk saham,” katanya.

Sementara itu, Gubernur Sumatra Selatan Alex Noerdin menyambut baik minat PT Lima Pasifik Energi.

Menurutnya, pembangunan pipanisasi gas bumi ruas Palembang Tanjung Api Api - Muntok lebih cepat lebih baik, mengingat batas akhir yang telah ditetapkan April mendatang harus sudah membuat feasibility study dan detail engineering design (DED).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper