Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PSB Medan 2017, Panitia pun Tambah Tikar Depan Panggung

Tontonan hiburan menarik dengan biaya minim masih menjadi pilihan paling digemari warga Kota Medan, seperti yang terlihat dalam Panggung Seni Budaya 2017, Sabtu (6/5/2017), malam.
JIBI - Yoseph Pencawan
JIBI - Yoseph Pencawan

Bisnis.com, MEDAN - Tontonan hiburan menarik dengan biaya minim masih menjadi pilihan paling digemari warga Kota Medan, seperti yang terlihat dalam Panggung Seni Budaya 2017, Sabtu (6/5/2017), malam.

Warga terlihat membludak menyaksikan Panggung Seni Budaya (PSB) yang digelar Dinas Pariwisata Kota Medan di seputaran Jalan Pulau Penang. Pihak panitia menyebutkan, dari tiga kali pergelaran yang telah ditampilkan, jumlah penonton pertunjukan gratis ini kian bertambah.

Ketika PSB menyajikan atraksi seni dan budaya dari etnis Batak Toba, Sabtu malam, pengunjung tampak sangat ramai menyaksikan pertunjukan yang mengusung tagline Malam Toba Nauli.

Untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung, panitia bahkan terpaksa menambah jumlah tikar di depan panggung. Meski sudah ditambah, tetapi masih banyak juga penonton yang harus rela berdiri sepanjang pertunjukan berlangsung.

Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution juga terlihat menyaksikan pertunjukan didampingi sejumlah pimpinan SKPD. Setelah musik, lagu, tarian, pementasan teater diakhiri dengan menari (manortor) bersama.

PSB diawali dengan penampilan musik dan lagu. Lagu-lagu yang dibawakan juga terbilang cukup dikenal sehingga para penonton ikut bernyanyi bersama. Setelah disuguhi dengan musik, lagu dan tari, digelar drama “Pongol” yang tampak menambah ketertarikan penonton.

Saat pementasan drama dimulai, jumlah penonton makin banyak. Tidak seikit warga berdiri di jalan hingga memacetkan arus lalu lintas.

Namun kondisi itu tidak berlangsung lama karena dengan cepat panitia mencari tikar dan akhirnya para penonton yang tidak mendapat tempat bisa duduk lesehan di depan panggung.

Pertunjukan drama Pongol mengisahkan tentang riwayat Manggalae yang mengorbankan jiwa dalam perang mempertahankan Negeri Uluan. Sang Panglima Perang yang tangkas melakukannya dengan kesadaran ksatria.

Sang ayah, Raja Rahat berduka setelah melihat tanda Manggalae (putera Mahkota, anak semata wayang) tidak akan kembali. Tetua adat, datu-datu dan tokoh masyarakat membuat patung, roh Manggalae dipanggil dalam upacara.

Sordam dan gondang sabangunan bertalu-talu pelipur lara sang ayah, hingga ayam berkokok. Legenda tersebut hinga kini masih bertahan kuat di benak masyarakat Toba.

Setelah suguhan drama, suasana panggung mencapai puncaknya dengan acara manortor bersama. Panitia mengajak seluruh penonton, termasuk Wakil Wali Kota untuk manortor.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yoseph Pencawan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper